Pupus Putus Sekolah Terangkan Filosofi dari Dua Makanan Ini. Mau tau? Simak hanya di sini!

Table of content:
Kanau.org – Sekolah itu sungguh menyebalkan! Tapi Pupus ingin pintar, bisa ini bisa itu. Pintar tanpa sekolah. Harusnya itu impian yang wajar-wajar saja, kan? Itu adalah sebagian ringkasan dari webtoon ini. Siapa yang tidak tahu dengan judul yang satu ini, Pupus Putus Sekolah, sebuah karya bergenre slice of life oleh Kurnia Harta Winata yang sudah dibaca lebih dari 29 juta kali. Semua yang telah membaca webtoon ini pasti setuju bahwa setiap episode yang dihadirkan oleh sang komikus sangatlah bermakna. Nah, pada 18 Agustus 2022, sebuah episode baru dengan judul Ketupat dan Apem telah hadir. Apa yang ada pada episode ini? Baca artikel ini sampai habis, ya!
Episode ini dimulai dari Madam Lie yang menitipkan apem kepada Pupus untuk diberikan kepada Suryo. Kemudian, ia meminta Pupus mengabarinya diam-diam apakah Suryo mau memakan apemnya atau tidak. Hal ini membuat pertanyaan di benak Pupus. Memangnya, mengapa dengan hal itu? Karena sebelumnya, Suryo juga bertanya kepada Pupus apakah Madam Lie menerima ketupat yang diberikan oleh Suryo atau tidak. Lalu Madam Lie bertanya pada Pupus apa itu ketupat dan apa itu apem. Pupus dengan polosnya menjawab, “Tahu, dong! Ketupat itu kaya lontong cuma bentuknya belah ketupat,” sambil memakan apem yang telah dibuat Madam Lie, ia menambahkan, “Kalau apem itu ya ini.”
Madam Lie tertawa, lalu menjelaskan, “Hahaha dasar bocah sok tahu. Ini simbol….” Lho lho lho, simbol apa ya?
Ketupat itu Ngaku Lepat
“… Ketupat itu artinya ngaku lepat, mengaku kalau bersalah. Makanya kalau lebaran, orang-orang saling mengirim ketupat …,” jelas Madam Lie.
Tradisi memakan ketupat saat lebaran pertama kali dikenalkan oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memperkenalkan ritual lebaran ketupat pada tanggal 8 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan sehari setelah puasa Syawal enam hari. Ketupat disebut sebagai simbol permintaan maaf dan berkah. Bahan utama ketupat adalah beras yang dibungkus dengan anyaman dari daun kelapa muda (janur). Beras melambangkan nafsu, dan janur, singkatan dari jatining nur (cahaya sejati), dalam bahasa jawa berarti hati nurani. Oleh itu, ketupat melambangkan bahwa manusia harus bisa menahan hawa nafsunya dengan hati nuraninya.
Dalam bahasa Sunda, ketupat disebut “kupat” yang artinya orang-orang tidak diperbolehkan “ngupat,” yang berarti berbicara hal buruk kepada orang lain.
Ketupat juga diartikan sebagai “Jarwa dhosok,” yang artinya ngaku lepat. Dalam hal ini, ketupat memiliki pesan bahwa seseorang mengakui kesalahannya ketika ia berbuat salah, sesuai dengan tradisi meminta maaf saat lebaran. Anyaman daun lontar yang disilangkan melambangkan kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh manusia, dan lontong bagian dalam yang berwarna putih melambangkan kesucian dan pembebasan dari dosa setelah menjalankan puasa Ramadhan, shalat, dan ritual.
Selain itu, ketupat juga dimaknai sebagai “Laku papat.” Laku papat terdiri dari empat tindakan, yaitu lebaran, luberan, leburan, laburan. Lebaran, dari kata lebar, berarti pintu maaf yang dibuka selebar-lebarnya. Lebaran juga berarti selesainya menjalani bulan puasa dan diperbolehkan untuk menikmati makanan. Luberan berarti meluber, melimpah yang menyimbolkan agar melakukan sedekah dengan ikhlas bagaikan air yang berlimpah, meluber dari wadahnya. Oleh karena itu tradisi membagikan sedekah di hari raya Idul Fitri menjadi kebiasaan umat Islam di Indonesia. Leburan berarti lebur atau habis, maksudnya agar saling memaafkan dosa-dosa yang telah dilakukan, sehingga segala kesalahan yang telah dilakukan menjadi suci bagai anak yang baru lahir. Dan terakhir, laburan berarti putih bersih, berasal dari kata labur atau kapur. Harapan setelah melakukan laburan agar selalu menjaga kebersihan hati yang suci. Manusia diarahkan agar selalu menjaga perilaku dan jangan mengotori hati yang telah suci.
Wah wah, satu makanan saja, ternyata filosofinya sebanyak ini, ya. Lalu, bagaimana dengan makanan selanjutnya?
Apem Itu Afwan
Madam Lie melanjutkan, “Kalau apem itu dari afwan, maaf. Di keraton Yogya, tiap tahun keluarga Sultan membuat dan membagikan apem ke para Abdi Dalem.”
Dilansir dari Wikipedia, apam atau apem adalah makanan yang berbahan dasar tepung beras yang didiamkan semalam dengan mencampurkan telur, santan, gula, dan tape, serta sedikit garam kemudian dibakar atau dikukus. Bentuknya bundar, mirip serabi, tetapi lebih tebal.
Menurut legenda, kue ini dibawa dari tanah suci oleh Ki Ageng Gibrig yang merupakan keturunan Prabu Brawijaya. Dia membawa oleh-oleh tiga buah makanan dari sana, tapi karena terlalu sedikit, dia meminta istrinya untuk membuat kue apem ini. Setelah itu, kue-kue ini dibagikan kepada orang yang hadir di rumahnya. Orang-orang berebut mendapatkan kue apem, oleh itu Ki Ageng Gibrig berteriak kepada mereka yang berebut, “yaqowiyu” yang artinya “Tuhan berilah kekuatan.” Dari kata ini terbentuk sebuah tradisi, yaitu tradisi yaqowiyu yang diadakan di Jatinom, Klaten, setiap bulan Sapar, bulan kedua penanggalan Jawa. Penduduk setempat juga menyebutnya Saparan, yang mana tradisi ini adalah tradisi penyebaran kue apem.
Kue apem diyakini berasal dari bahasa arab, afwan atau affuwun yang berarti maaf atau ampunan. Oleh karena orang Jawa kesulitan menyebut kata dalam bahasa arab tersebut, mereka pun menyebutnya dengan apem.
Apem berbentuk bulat, melambangkan telapak tangan yang sedang berdoa. Selain itu, bentuk bulat juga dikenal sebagai lambang dari sarana penghubung dengan Tuhan. Apem juga melambangkan kesederhanaan. Hal ini terlihat dari bahan-bahan pembuatannya yang mudah didapatkan. Kemudian, proses pembuatannya pun tidak membutuhkan waktu yang lama.
Rasa nikmat dari kue apem mengajarkan rasa syukur. Selain daripada itu, apem juga simbol dari sedekah, persis yang dilakukan oleh Ki Ageng dan Istrinya, berbagi apem ke tetangga dan sanak saudara.
Mendengar penjelasan Madam Lie, Pupus ternganga. Kemudian Madam Lie berkata lagi, “Suryo memberi ketupat itu maksudnya ia mengaku kalau ia salah. Aku memberi apem, maksudnya aku minta maaf. Dengan makanan ini, kami bermaaf-maafan.”
Ternyata, tanpa perlu berkata, seseorang bisa meminta maaf ya, teman. Pernahkah kamu menerima ketupat atau apem sebagai permintaan maaf? Atau kamu yang malah memberi ketupat atau apem? Jika keduanya belum pernah, tapi pasti kamu pernah disuruh makan oleh orang tuamu ketika mereka sebelumnya memarahimu. Haha! Bisa jadi, itu simbol permintaan maaf dari orang tuamu ya, teman. Terima kasih telah membaca, sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Sumber : Webtoon, Ketupat as traditional food of Indonesian culture, Wikipedia, Belajar dari Makanan Tradisional Jawa