Parade Raja Dan Ratu Dari Nijisanji Indonesia Telah Usai

Table of content:
Parade Raja Dan Ratu Dari Nijisanji Indonesia Telah Usai
Sepekan yang lalu, Jumat (23/10) salah satu virtual liver dari Nijisanji Indonesia, Taka Radjiman mengunggah sebuah cuitan. Isinya adalah pengumuman yang menuntun para penggemar untuk menantikan sesuatu dari tanggal 25 sampai 29 Oktober. Ternyata itu adalah song cover relay yang dilakukan oleh ZEA Cornelia, Nara Haramaung, Taka Radjiman, Hana Macchia, dan Amicia Micella. Mereka membawakan lagu milik Kanaria yang dinyanyikan oleh GUMI berjudul “KING” dengan versi masing-masing sesuai tanggal yang sudah ditentukan. Kini kalender sudah menunjukkan tanggal 30, maka parade tersebut telah berakhir. Tetapi tidak sepenuhnya berakhir, karena kita masih bisa menontonnya berulang-kali di kanal youtube masing-masing.
Parade ini dibuka oleh Zea Cornelia sang calon idol yang saya kira tadinya akan dibuka oleh seorang mahasiswi desain, Hana Macchia. Ternyata ada sedikit perubahan jadwal yang terjadi, tapi tak apa karena hal tersebut tidak memberikan perbedaan apapun. Zea membuka rangkaian parade ini dengan cukup mencolok. Apalagi kalau bukan dari segi visualnya. Di saat yang lain lebih sering memakai tema yang sama atau serupa dengan versi orisinalnya, Zea justru datang dengan warna kuning yang lekat dan khas. Setahu saya ada satu orang lagi yang memakai tema berwarna kuning, yaitu utaite bernama Kamome V.
Untuk penampilan, Zea memancarkan aura yang cukup berbeda. Sikapnya lebih tenang dan lebih memancarkan vibe “cool” seperti yang tergambar pada ilustrasinya. Begitu pula dengan suaranya, karena aransemen lagunya sendiri membuat Zea tidak perlu memaksakan diri untuk menaikkan pitch lebih tinggi. Setidaknya Zea sudah melakukan improvisasi di dalamnya, meski ia tidak leluasa karena aransemen dari lagunya sendiri. Saya sebenarnya juga sudah mengekspektasikan suara high pitched khas milik Zea, namun hasilnya tetap membuat saya terkejut.
Hari selanjutnya adalah giliran Nara Haramaung atau yang sering dipanggil mba Maung yang memang merupakan seorang pewaris tahta dalam suku di mana dia berasal. Membawakan ilustrasi yang siap meng-ara-ara dalam balutan warna merah merona. Sassuga mba Maung, dia menempatkan dua buah adlib pada awal lagu yang memberikan kesan impresif. Walau pada akhirnya, mba Maung tidak dapat melakukan improvisasi dengan bebas, karena faktor aransemen dari lagu orisinalnya sendiri.
Dari penampilannya ini, saya merasakan sesuatu yang lembut. Ya, memang karakter vokal mba Maung itu sangat keibuan, sih. Namun setelah memasuki bagian reff, mba Maung dapat menyerukannya dengan lebih maskulin dan terdengar cukup tegas.
Disusul oleh Taka Radjiman atau yang lebih akrab disapa dengan sebutan pak Taka di hari berikutnya. Dia adalah satu-satunya pria dalam line-up yang disajikan kali ini. Sejauh ini pun memang hanya pak Taka seorang yang cukup sering mengunggah lagu yang dia cover dan aktif bernyanyi. Walaupun akhir-akhir ini yang saya lihat, pak Taka sudah cukup jarang melakukan karaoke stream atau pun MEGAMIX. CEO muda virtual yang satu ini lebih fokus bermain Final Fantasy XIV. Kembali lagi ke topik utama.
Pak Taka menggaet ilustrator aho97 dengan menghadirkan ilustrasi yang terlihat cukup serius, tapi entah sengaja atau tidak, terselip sebuah hal lucu dalam thumbnail yang digunakan. Salah satu ujung dari huruf N dalam kata “KING” terlihat mencuat dari hidungnya, yang akhirnya menjadi sebuah lelucon tersendiri di kalangan para antusias vtuber khususnya Nijisanji cabang Indonesia. Untuk masalah performance saya cukup terkejut, karena kali ini terasa berbeda. Pak Taka membawakan lagu ini dengan sangat kalem, sesuai dengan tema biru yang ditonjolkan. Bahkan lebih kalem daripada saat membawakan lagu “Otome Kaibou” karangan Deco*27 yang membuat versi pak Taka ini terdengar rapi dan mulus seperti infrastruktur yang baru selesai dibangun.
Jujur saja saya malah belum pernah mendengarkan Hana bernyanyi selain di lagu “Virtual to Live” dan “Into Reallity”. Ah, sebenarnya pernah, saya pernah mendengarkan lagu “Itte” milik Yorushika yang dibawakan oleh Hana. Dari situ, saya tidak merasakan terlalu banyak perubahan dalam pembawaan Hana. Dia begitu santai dan luwes namun tetap cute. Juga ada saat di mana Hana mengeluarkan sedikit bagian dari dirinya. Jadi, seperti saya mendapat banyak (tipe) Hana dengan berbagai macamnya. Saya pun masih mendapat kesan seiso dari Hana kali ini. Melihat dia melakukan banyak hal seperti menggambar ilustrasinya, membuat videonya, dan dia sendiri yang menyanyikan lagunya, apalagi sebutannya kalau bukan seiso.
Dalam ilustrasinya Hana tampil dengan wujud luwak-nya, dengan outfit polos dan ornamen mahkota kecil pada salah satu telinganya. Dikarenakan Hana membuat ilustrasinya sendiri, tentu dia bisa menambahkan sesuatu sesuka hatinya. Seperti beberapa buah apel misalnya ( ͡° ͜ʖ ͡°). Dikemas dalam artstyle yang harus saya bilang cute, karena tidak punya padanan kata yang lain. Namun, tidak lantas meninggalkan kesan keren dalam ilustrasinya.
Akhirnya sampai juga ke peserta terakhir, sang Pawang Pinguin, Amicia Michella. Sebagai penutup, Cia menyuguhkan satu ilustrasi yang benar-benar standout. Aksen takhta yang terlihat seperti tanduk, sulur-sulur berduri di sekitarnya, ditambah latar belakang berwarna hijau stabilo yang begitu kontras. Memberikan kesan yang sangat garang sekali. Dengan Cia yang duduk di tengah singgasana tersebut, saya malah seperti melihat suatu adengan Game of Thrones―konsep yang tidak diduga-duga akan datang dari seorang Cia.
Seperti beberapa cover song yang pernah Cia unggah di kanal Youtubenya, tuning nada di sini kental sekali. Namun sifat vokal dari Cia sendiri tidak hilang begitu saja. Saya masih bisa mendengarkan dan menikmati suara natural dari Cia. Suara yang terkesan malas namun khas sekali, juga aura dewasa yang menyelimuti suara Cia. Apalagi pada bagian giggle yang dilakukan tepat sebelum akhir dari reff-nya, terdengar sangat “onee-san” sekali kalau kalian benar-benar memperhatikannya. Lalu, bagaimana pendapat saya mengenai penutup yang dilakukan oleh Cia ini?
Sebuah penutup yang pantas. Selain memanjakan telinga dengan suara khas milik Cia, saya dibuat takjub dengan kemampuan Cia dalam mengolah video. Saya suka dengan cara dia mengarahkan bagian akhir dari videonya. Apalagi mengingat versi Cia ini merupakan penampilan terakhir dan berperan sebagai penutup. Jadi, memang rasanya sangat pas dan cocok sekali. Sebuah penutup yang memuaskan untuk suatu parade yang menakjubkan.
Sekarang, tulisan dan impresi saya akan cover relay yang digelar oleh para liver Nijisanji ID sudah selesai. Selamat dan terima kasih kepada kalian yang sudah mengikuti celotehan saya sampai sini, tapi mari bertahan sedikit lagi. Masing-masing dari kelima liver ini memiliki keunikannya masing-masing dalam membawakan lagu mikik Kanaria ini. Namun, keunikan tadi tidak dapat dimaksimalkan karena faktor dari lagunya sendiri yang padat dan bagi saya terlalu pakem. Walau begitu, Zea Cornelia, Nara Haramaung, Taka Radjiman, Hana Macchia, dan Amicia Michella telah memberikan pertunjukan yang memuaskan. Terima kasih atas kerja keras kalian dalam menghibur kami.
Tapi sebenarnya relay ini diselenggarakan atas rangka apa, sih? Saya sendiri tadinya juga kurang tahu-menahu. Sebenarnya relay ini digelar untuk menyambut datangnya perayaan Halloween yang jatuh pada 31 Oktober. Mungkin tahun ini beberapa dari kita yang ikut merayakan hari Halloween tidak dapat merasakan serunya berkeliling dan mendapat banyak permen. Namun setidaknya, kita mendapatkan persembahan spesial dari para liver Nijisanji Indonesia. Jadi, selamat Halloween untuk semuanya, semoga malam kalian ‘menyeramkan‘.
Sumber : Akun Twitter Taka Radjiman, Akun Twitter Zea Cornelia, Youtube, Urban Dictionary, Vocaloid Fandom Wiki