[Review] Yesterday wo Utatte: Melihat Kepelikan Kisah Romantis Di Masa ‘Japan’s Lost Decade’

“…Daripada harus menjadi teman, lebih baik aku menunggu”

– Uozumi Rikuo

INFORMASI UMUM

  • Judul: Yesteday wo Utatte
  • Genre: Penggalan kehidupan, Drama, Roman
  • Sumber: Manga
  • Serial: Televisi (12 episode)
  • Status: Selesai Tayang
  • Penayangan: 5 April 2020 – 21 Juni 2020
  • Produser: TV Asahi, Sotsu, Delfi Sound, Lucent Pictures Entertainment, CyberAgent, AbemaTV, DMM.futureworks
  • Studio: Doga Kobo
  • Kelas: R-13/R-BOSkor: 7.11 (MyAnimeList)

SINOPSIS

Yesterday wo Utatte (1)

Sejak menyelesaikan kuliahnya, Uozumi Rikuo memiliki arah hidup yang tidak jelas. Dia sama sekali tidak memiliki ambisi di dalam hidupnya. Dia tidak mempunyai tujuan hidup dan masa depan yang jelas.

Seusianya, orang-orang biasanya akan saling bersaing untuk mencari pekerjaan dan melamar ke berbagai perusahaan besar. Namun, Rikuo tidak berminat melakukan hal itu dan lebih memilih untuk bekerja di sebuah toko serba ada sebagai pekerja paruh waktu, hanya sekadar untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.Hari-harinya mengalir begitu saja dan berkutat di tempat yang sama. Tidak banyak hal menarik yang terjadi.

Sampai suatu hari, ketika Rikuo asyik memberi makan sekumpulan gagak liar di halaman belakang toko. Sesosok wanita misterius muncul dan menghampiri dirinya. Wanita misterius itu berdiri bersama dengan hewan peliharaan yang tidak wajar. Dia memelihara seekor gagak. Wanita misterius itu bernama Nonaka Haru.

Haru adalah seorang pelajar SMA yang dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan bekerja paruh waktu di bar. Sejak pertemuan pertama mereka, Haru selalu singgah ke tempat Rikuo bekerja hampir setiap hari, dengan niat menemui Rikuo.Hal menarik tidak berhenti muncul di hadapannya. Berselang beberapa waktu sejak kehadiran Haru. Rikuo secara mendadak bertemu dengan sosok wanita yang sudah lama dikenalnya. Wanita cantik itu adalah teman semasa Rikuo kuliah, bisa dikatakan mereka adalah teman dekat.

Morinome Shinako, itulah nama wanita yang menjadi teman dekat Rikuo saat masih kuliah. Sudah lama mereka berdua tidak saling bertemu sejak hari kelulusan. Sebenarnya, Rikuo sudah lama memendam rasa terhadap Shinako, sayangnya Rikuo sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya kepada Shinako. Alhasil, Rikuo hanya bisa terus menjalin hubungan pertemanan dengan Shinako, tanpa adanya kepastian perihal perasaannya.Meski begitu, kembali bisa melihat Shinako di hadapannya, entah bagaimana membuat Rikuo terasa sangat menyegarkan dan memberikan energi positif ke dalam kehidupannya.

RENUNGAN & KESAN

Yesterday wo Utatte (2)

Beberapa waktu terakhir ini, kita terlalu banyak disuguhkan oleh anime percintaan dengan konsep tokoh utama yang masih anak sekolah ‘baru sunat’dan cupu, secara mendadak menjadi popular di antara wanita-wanita cantik.

Maraknya anime percintaan dengan konsep semacam itu, menciptakan sebuah kesan, bahwa kisah cinta remaja yang memiliki konflik tidak relevan di dunia nyata adalah kisah yang paling menarik.

Hal itu pula yang menyebabkan banyak orang yang setelah menonton anime percintaan semacam itu, mencoba untuk mengimitasi tokoh utama, baik dari segi penampilan atau tingkah lakunya ke dalam kehidupan nyata.

Bukannya terlihat keren, malah menyebabkan mereka terjangkit penyakit halusinasi dan diberi label sampah masyarakat, tetapi, Yesterday wo Utatte berbeda.

Mengangkat kisah percintaan yang penuh dengan intrik melodrama di dalamnya, membuat serial ini memiliki kesan yang tajam dan mampu memberikan emosional impact kepada siapapun yang menontonnya.

Konflik yang sangat relevan dengan kehidupan nyata adalah alasan yang membuat Anda bisa merasakan pengalaman emosional dan psikologis yang disampaikan di serial ini.

ULASAN ASPEK TEMATIK

Yesterday wo Utatte (3)

Inilah ciri khas karya sastra yang memiliki genre drama dibandingkan karya sastra yang lain. Mereka selalu memiliki unsur cerita yang deep dan kuat, ditambah dengan storytelling yang baik.

Tanpa dua unsur tersebut, karya sastra bergenre drama tidak akan bisa membuat kesan melodrama yang ada di dalamnya tersampaikan dengan jelas kepada penontonnya.

Untungnya, Yesteday wo Utatte memiliki kedua unsur tersebut. Kata demi kata, frame demi frame, semuanya dieksekusi dengan baik.

Sisi emosional para karakter dan penggambaran suasana melodrama dalam cerita yang secara jelas dituangkan ke dalam dua unsur tersebut, ditambah dengan storytelling yang baik, mampu membuat siapapun yang menontonnya hanyut ke dalam cerita dan memberi kesan bahwa kita sungguh merasakan apa yang para tokoh rasakan.

Iklim yang diciptakan oleh Yesterday wo Utatte ini, menasbihkan bahwa serial ini telah sukses menjadi anime drama yang baik.

Kisah percintaan dalam cerita Yesterday wo Utatte menganut unsur realisme, yang mana realisme dalam sastra adalah sebuah aliran karya sastra yang menggambarkan atau memaparkan sesuatu sebagaimana kenyataannya. Plato sendiri pernah menyatakan,

“Sastra adalah tiruan kenyataan atau realitas.”

– Plato

Berangkat dari definisi realisme dan pernyataan yang dibuat oleh Plato.

Maka bisa disimpulkan bahwa kisah percintaan yang diangkat dalam cerita Yesterday wo Utatte, mengandung unsur tersebut, karena permasalahan percintaan yang diangkat dan dijadikan konflik cerita dalam serial ini, memang sangat relevan dalam kehidupan nyata.

Seperti terjebak dalam kenangan masa lalu alias tidak bisa move on, menyukai teman masa kecil, jatuh cinta pada pandangan pertama, merelakan orang yang kita sukai mengejar orang lain, terjebak dalam hubungan pertemanan dan kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Itu semua adalah permasalahan percintaan yang umum ditemui di kehidupan nyata dan bahkan bisa saja kita pernah atau sedang merasakan permasalahan tersebut.

Oleh karena itu, maka tidak berlebihan, jika mengatakan bahwa serial ini adalah salah satu anime drama percintaan yang paling realitis.

Alur progresif dengan diselipkan beberapa kilas balik, membuat cerita dalam serial ini semakin kuat. Beberapa peristiwa yang terjadi bisa dijelaskan dengan baik karena kilas balik yang dimunculkan sebagai penguat cerita dalam serial ini.

Hal inilah yang membuat perkembangan cerita dalam serial ini baik, tidak ada sesuatu yang terkesan dipaksakan untuk berkembang, semuanya mengalir layaknya sampah di sungai bukan seperti ikan salmon. Hukum sebab-akibat diaplikasikan dalam pengembangan cerita serial ini.

Namun, tempo perkembangan cerita dalam serial ini termasuk lambat, dan penyebab lambatnya tempo cerita serial ini, sebagian besar disebabkan oleh sifat plin-plan yang dimiliki oleh Shinako dalam menghadapi masalah masa lalunya dan menyebabkan cerita lebih banyak menfokuskan tentang Shinako yang terus berputar-putar pada satu titik yang sama layaknya beyblade.

Sebenarnya ada beberapa kesempatan yang mana seharusnya Shinako bisa mengatasi konflik masa lalunya tersebut, dan melangkah ke depan.

Shinako memang mengambil kesempatan tersebut tapi beberapa saat kemudian Shinako mulai ragu dengan keputusannya itu dan mengambil langkah mundur, Shinako pun kembali terjebak dalam masa lalunya. Hal semacam itu, dia lakukan berulang kali hingga menjelang akhir serial ini.

Alur cerita dalam serial ini sangat terstruktur, yang mana bukti dari terstrukturnya cerita dalam serial ini, bisa dibuktikan dengan dibaginya menjadi 3 bagian cerita dalam serial ini secara implisit.

Episode pertama hingga ketiga adalah bagian prolog kisah ini, menceritakan segala peristiwa yang menjadi alasan mengapa cerita ini bermula.

Kemudian episode empat hingga episode enam adalah bagian masa lalu para karakter utama, yang mana masing-masing episode di bagian ini, menceritakan semua masalah yang berkaitan dengan masa lalu para karakter utama.

Episode empat menceritakan masa lalu Shinako tentang cintanya dengan seseorang yang sudah tiada. Kemudian, di episode lima menceritakan tentang Haru yang bertemu dengan teman sekelas yang tidak begitu ia kenal dan ternyata menyimpan rasa kepadanya.

Episode enam, Rikuo yang kembali bertemu dengan mantan kekasihnya sewaktu SMA. Di setiap akhir episode, mereka semua berhasil mengambil sesuatu dari masa lalunya sebagai bekal untuk mereka melangkah maju ke depan, sekaligus melepas segala ketidakjelasan masa lalu, yang bisa saja menjadi batu kerikil mereka di masa depan.

Terakhir, di episode tujuh hingga dua belas adalah bagian inti atau inti cerita dalam serial ini. Bisa dibilang cerita yang menjadi hidangan utama dalam serial ini, berada dalam bagian ini.

Plot yang terdapat di bagian inti serial ini juga tersusun dengan rapi, dari permasalahan, konflik, klimaks dan antiklimaks, semua di susun secara berurutan tanpa keluar jalur. Bisa dikatakan Yesterday wo Utatte memiliki plot cerita yang terstruktur.

Pengembangan karakter dalam serial ini, bisa dikatakan cukup baik. Mengapa saya katakan cukup baik, bukan baik? Karena ada satu karakter yang berkembang sangat lambat dan penuh ketidakjelasan. Hal tersebut menjadi poin negatif untuk aspek pengembang karakter di serial ini.

Dua dari tiga karakter utama memiliki perkembangan karakter yang lumayan signifikan, hanya Haru yang tidak terlalu berubah.

Haru yang sejak awal memang sosok wanita yang ceria, agak eksentrik dan sangat menikmati hidupnya, sifat dan tingkah lakunya itu memang tidak terlalu berubah hingga akhir cerita. Namun, masih banyak misteri yang mengelilinginya dan tidak pernah terjawab secara langsung.

Rikuo adalah pribadi yang tidak begitu suka dengan tantangan, hal ini diungkapkan dengan tindakannya yang tidak mau mencoba melamar pekerjaan hanya karena ia tidak mau merasa terbebani dengan berbagai ekspetasi kepadanya dan baginya memilih pekerjaan paruh waktu yang memiliki beban ringan adalah pilihan yang tepat.

Bisa dikatakan Rikuo takut disakiti dan menghindar dari kerasnya kenyataan hidup. Namun seiring berjalannya waktu, Rikuo mulai berani keluar dari zona nyaman itu.

Sejak bekerja di studio foto, pandangan Rikuo tentang masa depannya mulai terbuka, mungkin itu semua karena ia mendapatkan lingkungan kerja yang baik, yang mana semua rekan kerjanya adalah orang yang ramah dan selalu mau mengajarinya. Pada akhirnya Rikuo mulai memiliki tujuan hidupnya dan menjadi pegawai tetap di sana.

Bukan hanya itu saja yang berkembang dalam diri Rikuo. Rikuo juga mulai menyadari bahwa sekeras apapun yang ia lakukan, ia tidak akan bisa mengubah sudut pandang Shinako kepadanya menjadi sebuah pandangan romantis.

Shinako akan selalu melihat dirinya sebagai seorang teman dan ia juga menerima kenyataan bahwa Shinako tidak bisa dipaksa dengan cepat untuk melupakan masa lalunya.

Yesterday wo Utatte (4)

Lalu bagaimana dengan Shinako? Seperti yang sudah saya singgung di awal, bahwa ada satu karakter yang menjadi point negatif dalam aspek perkembangan karakter di serial ini. Yups, Perkembangan karakter Shinako yang menjadi tujuan kalimat tersebut. Plin-plan, egois, dan penuh ketidakjelasan, menyelimuti perkembangan karakter Shinako.

Shinako yang sejak awal dideskripsikan sebagai karakter yang gagal move on akibat kematian cinta pertamanya dan selalu berputar-putar di tempat sama.

Baiklah, dengan penggambaran tersebut maka bisa dibayangkan bahwa sosok Shinako adalah wanita yang setia, tapi apakah ia akan selalu seperti itu dan tidak mau berubah? Nyata tidak.

Seperti yang saya katakan bahwa episode empat hingga enam adalah bagian masa lalu para karakter utama, yang mana berceritakan tentang masa lalu para karakter utama dan di akhir episode selalu dilihatkan bagaimana masing-masing karakter utama memutuskan untuk meninggalkan masa lalunya dan melangkah maju.

Pada episode empat, yang mana sebuah episode yang didedikasikan untuk masa lalu Shinako, dilihat secara jelas bagaimana di akhir episode empat, Shinako mulai mau beranjak dari masa lalunya dan di awal episode lima, Shinako juga berujar ke Rikuo.

Yesterday wo Utatte (5)

“…Hanya saja setelah musim panas, musim gugur datang. Lalu musim dingin, selanjutnya musim semi. Aku Cuma teringat tentang itu”

– Shinako

Secara implisit Shinako mengatakan bahwa ia ingin berubah. Namun, apakah ia benar-benar berubah layaknya kamen rider? Sayangnya tidak, setelah satu dan dua episode berlalu, Shinako kembali berkutat dengan masa lalunya tersebut dan akhirnya kembali mengambil langkah mundur.

Hal tersebut ia lakukan berulang-ulang kali, bahkan ketika ia memutuskan untuk berkencan dengan Rikuo, Shinako terus melakukan hal tersebut. Hingga akhirnya ia putus dengan Rikuo di episode 12 dan Shinako mulai benar-benar beranjak keluar dari putaran masa lalunya.

Perkembangan karakter Shinako yang bertele-tele ini juga mempengaruhi tempo pengembangan cerita, seakan-akan alur cerita ini tergantung bagaimana perkembangan karakter Shinako.

Jadi, kalau Shinako tidak berkembang, maka ceritanya juga tidak akan berkembang. Untung saja, Shinako mulai berubah dan berkembang di episode akhir, walau dengan peristiwa yang membuat sebagian penikmat serial ini kecewa berat.

Tak ketinggalan karakter pendukung semi utama dalam serial ini, yakni Hayakawa Rou. Adik dari cinta pertama Shinako, sejak awal kemunculan sudah diperlihatkan bahwa dia sangat menyukai Shinako.

Keras kepala dan keegoisan khas remaja yang dimiliki Rou sangat melekat. Tingkah laku dan kehadiran Rou dalam cerita inilah yang menjadi faktor utama mengapa Shinako selalu gagal untuk terus melangkah maju.

Sama seperti Rikuo, seiring berjalannya waktu, Rou mulai menyadari bahwa sekeras apapun yang ia lakukan untuk mendapatkan hati Shinako dan membuat Shinako bisa melihat dirinya dalam sudut pandang romantis, hal tersebut tidak akan pernah berhasil dan Shinako akan selalu melihatnya sebagai adik dari cinta pertamanya. Alhasil, Rou mulai melunak dan menyerah untuk mengejar Shinako.

ULASAN ASPEK TEKNIS

Yesterday wo Utatte (6)

Kalau kalian melihat secara agak detail dan sedikit paham dunia sinematografi, pasti sadar bahwa beberapa adegan di Yesterday wo Utatte diambil dengan efek sinematografi atau lebih tepatnya teknik b-roll. B-roll sendiri adalah footage yang relevan untuk mendukung kelengkapan atau kebutuhan gambar utama.

Contohnya saat Anda membuat video tutorial memasak, jika Anda mengadopsi teknik b-roll dalam pengambilan gambar, maka video tersebut akan berisi hal-hal semacam detail tajamnya pisau, api yang meluap dan percikan taburan bumbu.

Lalu di bagian mana teknik b-roll dalam serial ini? Efek-efek sinematografi ini sering muncul dalam kehidupan sehari-hari pada episode awal serial ini.

Contoh pada episode satu ketika Rikuo mengambil surat undangan reuni di kotak pos, di adegan ini menampilkan detail roda sepeda, tangan Rikuo saat meremas surat undangan reuni, melepaskan sepatu sebelum masuk rumah dan close up ekspresi Rikuo saat membuka kota pos dan melihat surat tersebut.

Yesterday wo Utatte (7)

Art style serial ini, entah bagaimana mengingatkan pada anime-anime drama periode sebelum tahun 2010, seperti Ef series dan True Tears. Wajar jika serial ini mengadopsi art style klasik karena memang sumber asli ceritanya berasal dari mangayang dirilis pada tahun 90an, jika diadopsi dengan art style sekarang, maka kesan atau bahkan makna dalam cerita bisa saja tidak tersampaikan dengan jelas.

Suram, itulah kata yang menggambarkan art style dalam serial ini. Namun, kesuraman yang ditampakkan oleh art style serial ini malah menjadi poin positif, karena kesuraman itulah yang menambahkan kesan melodrama dan mampu mendukung cerita menjadi lebih kuat.

Latar belakang yang menampakan kesuraman ditambah cerita yang melodrama dikombinasikan dengan beberapa efek sinematografi, bisa disimpulkan bahwa Yesterday wo Utatte dalam masalah visual sangatlah menarik mata.

Sangat ciamik.

Dua kata yang menggambarkan betapa baik Yesterday wo Utatte mengeksekusi dalam aspek efek suara. Suara ombak, angin, rintikan hujan, langkah kaki, remasan tangan, kepakan sayap burung, sukses mereka garap dengan sangat baik.Kenapa dikatakan sangat baik? Karena mereka sukses membuat kehadiran efek suara menjadi kepingan yang sangat penting untuk menguatkan suatu adegan dalam cerita. Agak jarang kita melihat efek suara sebagai penguat feel suatu adegan dalam cerita, biasanya hanya sekadar sisipan kosong tanpa impact apapun dalam cerita, jadi hal semacam ini sangat bagus. Lalu bukan hanya sebagai penguat cerita tapi efek suara yang ada di serial ini, bisa menciptakan nilai estetika seni yang bagus karena terkadang dikombinasikan dengan teknik sinematografi ­b-roll.

Yesterday wo Utatte juga mengeksekusi musik latar dengan ciamik. Adegan yang disisipkan oleh musik latar selalu sukses menciptakan emosional impact untuk siapapun yang melihatnya. Pesan dan rasa yang disampaikan pada suatu adegan berhasil disampaikan dengan jelas berkat kehadiran musik latar.

PENDEKATAN SOSIOLOGI DALAM ANIME YESTERDAY WO UTATTE

Yesterday wo Utatte (7)

Pendekatan sosiologi dalam karya sastra menandakan bahwa sastra tidak sepenuhnya sebagai produk imajinasi penulis. Melainkan ada kaitan erat, hubungan saling memengaruhi dan timbal balik antara sastra dengan masyarakat. Konteks sosial yang ada di sekitar penulis, bisa memengaruhi penulis dalam membangun imajinasi saat membuat karya sastra.

Hal seperti itulah yang terjadi pada cerita Yesterday wo Utatte. Manga Yesterday wo Utatte terbit pertama kali pada tahun 1997. Secara bersamaan, pada tahun tersebut Jepang sedang mengalami fase buruk dalam perekenomian nasional mereka selama satu dekade penuh akibat resesi. Dekade tersebut dikenal dengan nama ‘Japan’s lost decade’.

Pada periode tersebut Jepang mengalami stagnasi perekonomian. Terjadi inflasi dan banyak perusahaan yang bangkrut, menyebabkan banyaknya PHK secara massal seantero Jepang. Akibatnya pemerintah Jepang mengambil kebijakan untuk menghapus sistem kerja ‘shuushin koyou’. Shuunshin koyou adalah sebuah sistem kerja yang mempekerjakan tenaga kerja secara permanen. Para pekerja akan bekerja di suatu perusahaan hingga seumur hidup atau hingga memasuki usia pensiun. Perusahaan menjamin upah dan pekerjaan selama hidup secara penuh. Hak istimewa ini yang menyebabkan banyak orang yang berlomba-lomba mencari pekerjaan.

Namun, semenjak Jepang memasuki era ‘lost decade’, banyak perusahaan yang tidak bisa menyanggupi hal tersebut, oleh karena itu pemerintah Jepang menghapus sistem kerja shuunshin koyou dan banyak perusahaan menggantinya dengan sistem kerja keiyakushain atau sistem kerja kontrak. Hal tersebut menyebabkan para pekerja merasa khawatir dengan sistem kerja tersebut, karena sewaktu-waktu mereka bisa dipecat, ditambah tidak ada jaminan dana di masa pensiun.

Melihat keadaan Jepang di masa itu. Wajar saja jika, banyak generasi muda, lebih memilih tidak bekerja ke dalam perusahaan yang lingkungan kerjanya tidak masuk akal, dari gaji yang kecil, jam kerja kelewat batas dan target terlampau jauh, belum lagi pemecatan yang bisa datang kapan saja. Alih-alih merasakan hal tersebut, lebih baik mereka bekerja paruh waktu asal kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi.

Rikuo yang tidak mau bekerja karena takut terbebani dengan berbagai ekspetasi yang berat. Lalu perkataan Shinako kepada Rikuo saat kelulusan sebelum Shinako pulang kampung, di dalam sebuah kilas balik.

“Tidak ada yang bisa menjamin kita bisa dapat kerja di sini”

– Shinako

Jika kita pikirkan secara logika. Tokyo adalah ibukota Jepang, seharusnya mendapatkan pekerjaan di Tokyo lebih mudah daripada di kampung. Jadi, ketika sebuah ibukota tidak diharapkan lagi sebagai tempat perantauan, menandakan perekonomian di sana sedang dalam masalah. Tidak berhenti di situ saja, jika kalian sadari bahwa visual kota Tokyo dalam Yesterday wo Utatte terlihat suram, sepi dan hening, serasa itu bukanlah kota besar. Terlihat seperti bahwa kota tersebut sedang mengalami kelesuan ekonomi.

Setelah melihat berbagai hal, baik keadaan sosial di kehidupan nyata ketika manga Yesterday wo Utatte dirilis pertama kali dengan keadaan yang ada di dalam cerita manganya. Maka bisa dikatakan bahwa cerita Yesterday wo Utatte adalah cerminan nyata atas apa yang terjadi di saat Jepang sedang berada di era ‘Japan lost decade’.

AMANAT

Ada beberapa pesan yang bisa kita petik untuk menjadi bahan pembelajaraan dalam mengarungi kehidupan nyata.

1. Jangan Selalu Melihat ke Belakang Dan Terjebak Dalam Masa Lalu

Inilah kesalahan fatal yang dilakukan Shinako sepanjang cerita ini. Shinako selalu melihat ke belakang, melihat tentang cinta pertama yang sudah lama tiada. Tidak ada rasa berani untuk bisa meninggalkan kenangan tersebut secara utuh.

Saat satu langkah kaki sudah melangkah maju, Shinako kembali melihat masa lalu dan akhirnya langkah kakinya kembali mundur, lalu kembali terjebak di satu tempat.

Hal tersebut dilakukan berulang-ulang hingga di satu titik, Shinako sadar bahwa tindakannya salah dan akhirnya dia memecahkan cangkangnya sendiri, lalu mulai berani melangkah maju meski perlahan.

2. Mencari Pekerjaan Bukanlah Karena Keinginan Melainkan Kebutuhan

Mengutip perkataan sahabat Rikuo, yaitu Fukuda saat ia mendengar kegelisahan Rikuo ketika ditanya perihal mengapa ia belum mencari pekerjaan dengan benar.

“Aku rasa, mereka mencari pekerjaan juga bukan karena keinginannya”

– Fukuda

Jika kita renungkan sejenak, perkataan Fukuda memang sangat benar. Di kehidupan nyata, saat mencari pekerjaan banyak orang yang meninggalkan semua ideologi dan prinsip dirinya, demi bisa mendapatkan pekerjaan. Mereka mencari pekerjaan bukan semata-mata hobi atau keinginan pribadinya, melainkan karena kebutuhan hidup mereka. Di tambah pada masa cerita ini dibuat, ketika perekonomian sedang krisis, mereka yang sudah berkeluarga atau memiliki beban hidup yang berat, pasti akan melakukan apapun demi bisa mendapatkan pekerjaan. Mungkin kondisi berbeda yang dirasakan Rikuo atau generasi muda Jepang yang lainnya. Mereka sekali tidak menanggung beban hidup apapun kecuali beban hidup dirinya sendiri.

Namun, alangkah baiknya jika kita tidak memilih-milih pekerjaan, karena apapun pekerjaan yang kita dapatkan itu adalah karunia Tuhan dan mungkin saja di luar sana, banyak orang yang menginginkan posisi kita saat ini.

3. Teruslah Berjuang sampai Impianmu Tercapai

Kita sejak awal diperlihatkan bagaimana jatuh bangun Haru untuk bisa mendapatkan hati Rikuo, meski dia tahu kemungkinan Rikuo memilih dia sangatlah kecil. Haru terus berjuang tanpa kenal lelah, hujan badai pun akan Haru lawan, demi bisa merebut dan membuat Rikuo luluh. Meski banyak hal mampu membuat dirinya terluka secara batin, ia mampu melewatinya dan akhirnya impiannya tercapai. Rikuo memilih dirinya sebagai pasangan hidupnya.

Melihat tindakan yang dilakukan Haru, maka bisa kita ambil hikmah yang terkandung di dalamnya, yakni jika kalian merasa yakin atas impian yang hendak kalian capai, maka teruslah berjuang. Jangan sampai kalian putus asa di tengah jalan, tebas semua semak belukar yang menghalangi jalan dan teruslah berjuang.

KESIMPULAN

Anime yang memiliki cerita yang penuh intrik melodrama, pengambilan gambar dengan teknik sinematografi, art style bernuansa klasik nan suram, lalu efek suara dan musik latar yang dieksekusi dengan ciamik, semuanya digabungkan menjadi satu kesatuan yang menciptakan sebuah anime drama romatis paling realitis, yups inilah anime Yesterday wo Utatte. Sebuah serial anime yang menarik dan patut kalian tonton.

Akhir kata.

Selamat menonton.

Leave a Comment

You must be logged in to post a comment