KANAU
Home Anime Corner 7 Fakta Sejarah Kimetsu no Yaiba yang Erat Dengan Masa Lalu!

7 Fakta Sejarah Kimetsu no Yaiba yang Erat Dengan Masa Lalu!

Menggunakan referensi yang sesuai dengan sejarah aslinya sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru dalam pembuatan cerita suatu seri manga. Adanya keterkaitan dengan sejarah akan membuatnya memiliki cerita yang jauh lebih kuat. Hal ini karena sejarah selalu didukung dengan fakta-fakta yang menarik.

Kimetsu no Yaiba merupakan salah satu anime yang mengambil beberapa referensi berdasarkan hal-hal bersejerah di Jepang. Berikut ini KANAU sudah merangkum untuk kalian 7 hal dalam anime Kimetsu no Yaiba yang berhubungan dengan sejarah masyarakat Jepang yang sebenarnya. Penasaran apa saja? Simak ulasan berikut.

7. Mengambil Cerita di Zaman Taisho, Era yang Sudah Cukup Maju

Kebanyakan anime bertemakan seperti ini biasanya mengambil latar cerita di zaman Edo. Zaman di mana masyarakatnya masih kental dengan gaya hidup tradisional pedesaan. Sedangkan, Kimetsu no Yaiba sendiri mengambil latar cerita di zaman Taisho (1912-1926), zaman di mana kereta api sudah beroperasi dan Tokyo sudah mulai menjadi daerah perkotaan yang besar.

Zaman Taisho merupakan zaman yang terjadi setelah zaman Edo. Di zaman ini peradaban sudah sedikit lebih maju dibandingkan sebelumnya. Tanjiro sendiri bahkan terkejut melihat gemerlap kota Tokyo yang bersinar begitu terang di malam hari. Inosuke yang baru pertama kali melihat kereta api juga tanpa berpikir panjang langsung mencoba menyerangnya karena bentuk kereta api tersebut menyerupai monster.

6. Topeng Urokodaki Merupakan Referensi Asli dari Cerita Rakyat

Kebanyakan karakter di Kimetsu no Yaiba sebenarnya memang tidak menyembunyikan wajahnya, tetapi beberapa di antara mereka ada yang menggunakan aksesori tambahan seperti penutup mulut atau ikat kepala. Jauh sebelum itu, ada satu orang yang terlihat selalu menggunakan topeng, yaitu Urokodaki, guru yang melatih Tanjiro menjadi Pemburu Iblis.

Jika dilihat, topeng yang digunakan oleh Urokodaki mungkin cukup terlihat tidak asing. Topeng ini merupakan topeng Tengu, yaitu topeng yang dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa perkara baik. Topeng ini biasanya digunakan pada saat festival keagamaan Shinto.

5. Anting Hanafuda Tanjiro

Berdasarkan informasi yang terkumpul dari anime Kimetsu no Yaiba sejauh ini, sebenarnya masih belum diketahui secara jelas mengenai asal usul dari anting ini. Anting ini dulunya merupakan milik ayah Tanjiro, dan sekarang sudah diwariskan sepenuhnya kepada Tanjiro. Ada kemungkinan besar bahwa anting ini merupakan anting yang memang dikhususkan untuk para pengguna teknik aliran napas api. Hal inilah yang masih membuatnya menjadi misteri.

Kartu hanafuda sendiri pada dasarnya adalah kartu remi Jepang yang sebagian besar merupakan gambaran dari bunga. Gambar yang ada pada anting Tanjiro sebenarnya juga menggambarkan suatu bunga. Namun, jika dilihat lagi, gambar tersebut lebih terlihat seperti bentuk matahari terbit. Dari semua kartu hanafuda, gambar yang ada pada anting Tanjiro sebenarnya sama sekali tidak memiliki kecocokan dengan gambar manapun. Jadi, bisa dikatakan bahwa anting milik Tanjiro ini merupakan gambar hanafuda tersendiri.

4. Seragam Pemburu Iblis Terinspirasi dari Pakaian Militer Jepang Dulu

Jika dilihat mungkin pakaian yang dikenakan oleh para Pemburu Iblis lebih mirip seperti pakaian sekolah. Namun, kenyataannya seragam ini sebenarnya terinspirasi dari pakaian militer Jepang di zaman dulu. Hal yang membuatnya menarik adalah pakaian sekolah kemudian didesain berdasarkan pakaian militer Jepang ini.

Penggunaan seragam ini bisa dibilang merupakan salah satu pendekatan yang sangat baik. Karena seragam ini tidak hanya menarik minat penonton pada kesan “anak sekolahan” saja, tapi juga pada unsur pertarungan penuh darah yang disajikan.

3. Bunga Wisteria Memiliki Sejarahnya di Jepang

Konon, bunga wisteria diceritakan dulunya merupakan satu-satunya bunga yang dapat menyakiti iblis. Namun, alasan dari mengapa bunga ini dapat menyakiti iblis masih sulit dipahami. Padahal kenyataannya bunga ini sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan kelemahan mereka, sinar matahari.

Bunga ini juga dikenal sebagai bunga abadi yang akan mengambil alih area tempat mereka berada. Dalam sejarah Jepang, bunga ini dikenal sebagai bunga kematian. Dikatakan demikian karena bunga ini sering disalah artikan sebagai bunga yang sering tumbuh di samping kuburan.

2. Gagak Dapat Ditemui Di Mana Pun

Meskipun berada di era Taisho, yang mana keberadaan telepon kemungkinan besar sudah ada. Kimetsu no Yaiba mencoba memberikan sesuatu yang menarik dengan menggunakan burung gagak sebagai sarana komunikasi para Pemburu Iblis. Gagak-gagak ini sendiri diberikan kepada para orang-orang yang telah lulus tes untuk bergabung dengan pasukan Pemburu Iblis. Burung gagak yang dimiliki pasukan Pemburu Iblis semuanya dapat berbicara, meski ada satu-satunya Pemburu Iblis yang justru malah mendapatkan burung pipit yang sama sekali tidak dapat berbicara. Yup, si Zenitsu.

Di Kimetsu no Yaiba, peran burung gagak sendiri digunakan untuk memberitahukan misi sekaligus arah jalan menuju ke lokasi tempat Iblis berada. Gagak-gagak ini juga diketahui akan merekam segala informasi yang ada di lapangan dan melaporkannya kepada pimpinan tertinggi.

Di Jepang, burung gagak merupakan burung yang memiliki populasi terbanyak. Sehingga tidak heran jika burung yang satu ini dapat ditemui di mana pun. Berdasarkan inilah kemungkinan besar Kimetsu no Yaiba memilih untuk menggunakan burung gagak sebagai bahan referensi mereka.

1. Pakaian Muzan Merupakan Pakaian Bergaya Eropa

Ada satu hal yang benar-benar sangat menarik dari Kibutsuji Muzan, yaitu gaya berpakaiannya. Pakaian yang ia kenakan terlihat sangat berbeda dengan pakaian masyarakat Jepang pada umumnya, bisa dikatakan lebih mirip seperti pakaian bergaya Eropa.

Hal ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan era Taisho itu sendiri. Karena pada Era Taisho, Jepang telah membuka pintu mereka ke seluruh dunia, yang kemudian mulai membuat masuknya budaya-budaya dari negara luar, termasuk salah satunya dalam hal berpakaian. Sehingga tidak heran jika pakaian Kibutsuji Muzan terlihat berbeda.

Sumber: CBR

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad

Bagikan: