kanau.org – Attack on Titan telah berakhir. Sebuah perjalanan yang panjang akhirnya mendapatkan jembatan yang memisahkan kita dengan salah satu karya paling fenomenal pada abad ini. Hajime Isayama telah memberikan banyak sekali visi yang dia pendam dan membawa banyak sekali warna kedalam karyanya ini.
Attack on Titan berakhir pada episode special 2 dari final season part 3, atau dalam manganya, Attack on Titan berakhir pada chapter 139 dan 139.5. Ending yang bisa dibilang membawa kesan bittersweet ini, berhasil memancing berbagai tanggapan dari para fans. Tak jarang, banyak orang yang mengeluhkan ending dari Attack on Titan.
Baca juga: [Review] Attack on Titan: Berakhirnya Sebuah Perjalanan Panjang Penuh Tragedi
Sedikit pengingat sekaligus spoiler alert, Attack on Titan berakhir dengan rencana rumbling Eren yang hanya selesai 80% saja. Aliansi pada akhirnya berhasil menumbangkan sang Attack Titan dan lewat tebasan terakhir Mikasa. Eren bertemu dengan Armin pada dunia path dan terungkap bahwa alasan Eren melakukan semua ini hanyalah demi Mikasa. Eren hanya ingin mereka hidup bahagia. Satu satunya jalan hanyalah dengan rumbling dan menjadikan mereka sebagai pahlawan dunia. Pada akhirnya perdamaian terjadi, setidaknya untuk beberapa abad. Sebelum akhirnya, perang kembali dengan kesan lebih modern. Kita dibawa pada kisah baru, kisah titan yang tidak akan pernah diceritakan…
Ending inilah yang menjadi pemicu banyaknya pro dan kontra. Ada banyak alasan mengapa banyak yang membenci ending ini. Seperti Eren yang sudah diperlihatkan sebagai pemimpin berdarah dingin, kembali lagi menjadi bocah cengeng, dan Eren selama ini mencintai Mikasa. Perubahan ini membuat para fans menjadi kaget karena perubahan yang mendadak.
Namun sejatinya, ending dari Attack on Titan sudah cukup bagus dalam membawa moral terakhir dari Hajime Isayama. Bahkan beberapa detail yang bisa dibilang cukup bagus dalam memaparkan nasib dari beberapa karakter utama pasca ending-nya. Nah, apa sajakah itu? Simak di bawah ini.
Ending animenya memperbaiki kesalahan dari ending manganya
Satu hal yang paling saya syukuri adalah dialog dari Eren dan Armin yang diubah. Alih-alih menjelaskan bahwa Armin berterima kasih atas pengorbanan Eren dan Eren hanya ingin Mikasa bahagia, animenya mengubah dialog mereka berdua. Dialog yang diubah menjadi Eren yang tidak hanya ingin Mikasa bahagia, tetapi juga menginginkan kebahagiaan untuk yang lainnya juga. Armin juga tidak berterima kasih atas apa yang Eren lakukan. Ia menenangkan Eren dengan kata-kata kalau mereka akan ke neraka bersama-sama.
Hal ini mengubah pandangan Armin kepada Eren. Armin masih melihat Eren adalah iblis dan layak masuk ke neraka. Walau begitu, Armin juga turut andil dalam mendorong motivasi Eren, yaitu saat dia mengajak Eren melihat lautan. Selain itu Eren tidak hanya diperlihatkan sebagai seorang bucin tapi juga sebagai seseorang yang peduli kepada teman-temannya, kepada kedua keluarganya.
Eren pada akhirnya hanya bocah yang diberikan kekuatan tiada tanding. Apa yang kita lihat sepanjang final season adalah topeng untuk menutupi kacaunya mental Eren. Dirinya ingin teman temannya hidup bahagia,meski dia tahu tidak ada cara agar temannya bisa bahagia selain mengambil kebebasan orang tak berdosa. Kondisi seperti ini membuat Eren semakin kacau, terutama saat kita tahu Eren tidak memiliki tempat untuk melepas semua emosinya. Eren tidak pernah bebas, dia menjadi budak kebebasan, demi kebebasan teman temannya.
Nilai utama dari Attack on Titan selain kebebasan adalah pengorbanan. Kedua hal ini sudah dipenuhi oleh Eren. Dirinya mengorbankan kebebasannya untuk hidup bersama Mikasa, demi kebebasan teman temannya. Sama seperti apa yang Eren katakan sebelumnya, kebebasan sejati adalah saat kita hidup tanpa perlu takut ada musuh yang akan menyerang.
Meskipun pada akhirnya kedamaian abadi terlalu idealis untuk dunia anime ini (dan dunia kita tentunya). Apapun yang terjadi, tetap akan terjadi benturan ideologi yang membawa pada peperangan, itulah sifat manusia, makhluk yang lebih kejam dari titan.
Apa yang Eren inginkan sudah terpenuhi, yaitu kebahagiaan sampai akhir untuk teman-temannya. Pada akhirnya, baik Mikasa, Armin, dan lainnya, mereka sudah bebas.
Apapun yang terjadi, cinta Mikasa selamanya untuk Eren
Cinta bukanlah sesuatu yang seharusnya hadir pada dunia Attack on Titan, dan ini alasan mengapa ending anime ini menjadi kontroversi. Namun yang jelas, Mikasa memiliki perasaan ke Eren, dan itu sudah jelas seiring animenya berjalan.
Selain bagaimana ending anime ini berhasil meluruskan apa yang kurang pada manganya. Ada detail lain yang tak bisa dilupakan yaitu bagaimana cinta Mikasa yang sangat kuat bahkan saat dirinya sudah tua pun, dia tetap mencintai Eren.
Pada bagian credit, kita diperlihatkan bagaimana Mikasa selalu datang membersihkan nisan Eren. Hal ini menunjukkan bahwa begitu besarnya cinta Mikasa kepada Eren.
Mungkin banyak yang beranggapan bahwa cinta Mikasa ke Eren hanya sebatas kutukan dari darah Ackerman. Kendati demikian, saat Eren yang secara tersirat memerintahkan Mikasa untuk membencinya, Mikasa seharusnya tanpa ragu sudah menuruti apa yang Eren perintahkan. Hal ini pula yang kemungkinan besar menjadi alasan mengapa Ymir memperhatikan Mikasa. Karena baik Ymir dan Mikasa, keduanya memiliki obsesi cinta buta kepada seseorang, yaitu ke Eren dan King Fritz. Ymir ingin tahu bagaimana cara Mikasa membulatkan keputusannya saat bimbang dalam permasalahan cinta buta ini.
Banyak yang berteori bahwa Mikasa masih perawan bahkan hingga wafat. Ini dibuktikan dengan mayatnya yang dipenuhi oleh bunga Anyelir putih yang melambangkan cinta yang murni. Lebih jelasnya, tidak ditunjukkan Mikasa memakai cincin pada pemakamannya.
Selain itu, ada juga yang menepis teori kalau Mikasa memiliki anak. Teori kalau Mikasa menjadi pengurus pada panti asuhan milik Historia, atau Mikasa telah mengadopsi anak. Pria yang disamping Mikasa saat berziarah pada makam Eren adalah Armin. Teori pendukung lainnya adalah gaya rambut Armin sekarang yang mirip dengan sosok pria disamping Mikasa.
Mungkin terdengar masuk akal, tetapi banyak orang yang setuju kalau Mikasa telah menikah dengan Jean dan memiliki anak. Hal ini dikarena siluet dari Pria disamping Mikasa lebih mirip Jean ketimbang Armin. Walaupun jujur saja, chemistry antara Mikasa dan Jean terlalu kurang pada manga ataupun animenya. Terlepas dari semua itu, teori adalah teori. Sampai Isayama sendiri yang berbicara, maka semua itu tidak bisa dipastikan benar.
Terlepas dari itu semua, satu detail kecil yang membuktikan betapa besarnya cinta Mikasa ke Eren. Pada credit setelah Mikasa wafat, ada batu nisan baru disamping nisan milik Eren. Sudah jelas nisan tersebut milik Mikasa, menunjukkan betapa inginnya Mikasa beristirahat di samping Eren, sebagai wasiat terakhirnya.
Penutup
Kebebasan, pengorbanan, dan cinta. Ketiganya mengisi bab terakhir dari Attack on Titan, menghasilkan sebuah ending bittersweet. Isayama berhasil membawa moral paling utama dari waralaba ini. Mau sekeras apapun perdamaian dibuat, perang akan terus terjadi. Hal ini pula merupakan sesuatu yang terjadi pada realita kita. Mau sekuat apapun ikatan persatuan suatu kelompok, perbedaan ideologi manusia akan tetap lahir. Eren menyadari itu dan tidak ada yang bisa dia lakukan menciptakan sebuah perdamaian sesaat.
Mungkin ini bukanlah ending terbaik untuk Attack on Titan, tetapi ending ini mungkin adalah salah dari banyaknya kemungkinan ending yang dibutuhkan oleh seri ini.
Thank you for everything, Attack on Titan…