Kanau.org – Halo pembaca Kanau yang setia! Kembali lagi dengan rubrik ngopini, tempat penulis seperti saya mengungkapkan unek-unek terkait hal tertentu yang mungkin menarik untuk Anda. Berbeda dengan artikel saya sebelumnya yang lebih ke arah bercanda, kali ini saya akan membahas topik yang diangkat secara serius.
Tensei Oujo to Tensai Reijou no Mahou Kakumei atau disingkat Tenten Kakumei merupakan anime keluaran winter 2023 yang baru saja tamat di minggu ini. Anime ini menceritakan kisah Anisphia Wynn Palettia, seorang putri yang mempunyai ingatan masa lalunya di dunia modern sebelum ke dunia fantasi yang penuh dengan sihir. Sayangnya, dia lahir tanpa kemampuan sihir meski dirinya lahir dari keluarga kerajaan. Dibantu Euphyllia Magenta alias Euphy sebagai asisten, ia kemudian membuat beberapa terobosan agar dirinya bisa melakukan sihir yang dikaguminya.
Kehadiran anime ini cukup ramai dibicarakan karena masalah sosial yang dibawa sangat menyita perhatian. Masalah sosial yang saya maksudkan adalah perihal yuri yang menimbulkan pro dan kontra di antara penikmat anime.
Sebenarnya bisa saja saya mengatakan kalau anime yang dibuat oleh studio Diomedea ini cukup bagus. Penempatan musik yang pas dan visual yang memukau di beberapa momen kunci bisa membuat orang berkomentar kalau anime ini setidaknya tidaklah jelek. Jadi, mengapa saya menulis kalimat seperti yang tertera pada judul di atas?
Di sini saya tidak berfokus membahas yuri yang sering dibicarakan orang. Saya lebih fokus ke ceritanya, bagaimana anime ini menyajikan sajian utamanya secara jelas ke penonton. Sebelum saya menulis alasan-alasannya, diingatkan kembali kepada pembaca kalau saya menulis berdasarkan opini dan intuisi penulis secara pribadi. Jika kalian punya pendapat yang berbeda, silakan duel main catur lawan saya berdiskusi dengan saya di kolom komentar.
Gak Sesuai Judul, Politiknya Gak Make Sense
Judul anime ini adalah Tensei Oujo to Tensai Reijou no Mahou Kakumei, yang berarti revolusi sihir dari putri reinkarnasi dan anak bangsawan yang jenius. Jadi, kita bisa expect sesuatu yang berbau politik dari kata kakumei atau revolusi ini.
Dalam animenya sendiri, politik merupakan bahasan yang paling pokok sepanjang 12 episode yang berjalan. Dengan politik sebagai sumber utama cerita, sudah seharusnya ini menjadi fokus utama dalam build-up cerita. Masalahnya, justru poin utama inilah yang paling tidak jelas ditampilkan dalam animenya.
Biar saya coba luruskan. Pertama-tama, Anda diberikan set-up sebuah kerajaan dengan sistem kasta bangsawan dan rakyat jelata. Sebuah formula umum yang mudah untuk dimengerti. Hal yang menjadi pembeda adalah soal individu tersebut dapat melakukan sihir atau tidak. Jadi, dengan setting seperti ini, seharusnya tidak sulit untuk mengembangkan cerita, kan? Sayangnya, dengan modal cerita sederhana seperti itu Tenten Kakumei gagal mengambarkan situasi secara masuk akal.
Kita langsung loncat ke episode paling baru, episode 12. Di episode inilah revolusi dilaksanakan. Perdana menteri bertanya bagaimana cara menyatukan bangsawan dengan rakyat jelata dalam satu malam. Lalu, si sang tokoh revolusioner yang baru dilantik menjadi raja dengan mudahnya bilang memiliki ide. Kalian tahu idenya apa? Iya, bikin pesta rakyat.
I mean, di episode sebelumnya sudah dijelaskan kalau para bangsawan itu tidak mudah menerima revolusi. Bahkan ketika pemimpin sebelumnya mencoba melakukan revolusi, mereka melakukan pemberontakan. Mereka adalah penjahat perang yang berani menentang hak raja, loh. Bisa-bisanya mereka menerima begitu saja semua rancangan revolusi hanya dalam hitungan waktu singkat.
Kalau saja anime ini menjelaskan bagaimana para bangsawan bisa menerima, pasti tidak akan ada kecaman seperti ini dari saya. Sayangnya, tidak ada secuil informasi yang bisa didapat dari anime mengenai hal ini. Jadi, kita dipaksa menerima,
“Oh ya sudah, happy ending, masa bodoh dengan set-up politik yang gagal, yuri is win.”
Ehem, saya sudah mengatakan untuk tidak membahas yuri tapi memang anime ini lebih condong ke adegan yuri di episode terakhir ketimbang revolusinya sendiri. Anime ini disingkatnya Tenten Kakumei loh, atau bahasa Inggrisnya MagiRevo. Kalau pun mau mengedepankan yuri, mendingan ganti saja judulnya jadi Magiyuri atau Tenten Yuri. Jangan pernah membuat topik utama dalam cerita setengah jadi.
Deus Ex Machina Serta Perubahan Drastis yang Dadakan
Deus Ex Machina merupakan plot device yang digunakan author saat seringkali tidak ada solusi yang pernah dikembangkan sebelumnya dalam cerita, tiba-tiba muncul begitu saja menyelesaikan masalah. Menggunakan deus ex machina sebenarnya sah-sah saja. Namun, kalau tidak pernah ada pembuatan jalan agar bisa setidaknya nyambung ke sana, maka di mata saya cerita itu adalah gagal. Pengecualian, bila ceritanya memiliki unsur komedi yang dominan, seperti Gintama atau Nichijou. Namun, Tenten Kakumei bukanlah anime komedi, sebab itu pengecualian ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan.
Maksud saya gini. Semisalnya ada cerita Ijal sang pahlawan beserta party-nya melawan Andi si raja Iblis. Kemudian, dalam perkembangan cerita, Ijal dan kawan-kawan kesulitan menghadapi kekuatan Andi yang maha OP alias overpower. Lalu tiba-tiba muncul si dewa, sebut saja Rizky memberikan sebuah blessing atau skill sehingga Ijal berhasil mengalahkan Andi. Nah, deus ex machina tersebut bisa diterima kalau keberadaan sang dewa Rizky setidaknya pernah disebutkan, walaupun sang dewa tidak pernah muncul sebelumnya.
Nah, apa yang terjadi di anime ini adalah zonk. Dalam ceritanya, setelah perbuatan kriminal pangeran terungkap, satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang dapat mewarisi tahta adalah Anis. Hal ini tentu menjadi masalah baru karena Anis berjiwa bebas dan tidak ingin menjadi pemimpin yang terkekang oleh aturan kerajaan.
Dari episode 1 sampai 9, tidak pernah ada disebut keberadaan spirit contractor atau pendiri kerajaan sebelumnya. Tiba-tiba masuklah karakter baru tersebut dan membeberkan solusi di tengah masalah yang sudah mentok tadi. Lebih hebatnya lagi, karakter ini punya pengetahuan atas segala masalah yang terjadi saat itu. Kalau begini, semua pengembangan selama 9 episode menjadi tidak ada artinya, karena tidak berhasil membawa cerita ke tahap penyelesaian konflik. Saya curiga, author-nya malah self-insert ke karakter itu, turun tangan mengatasi masalah.
Perubahan tiba-tiba yang signifikan bukanlah hanya itu saja. Di arc yang sama, Anis dibuat begitu lemah sehingga pertarungannya melawan Euphy hanya berlangsung dalam sekejap mata. Padahal, Anis tampil sangat kuat ketika menghadapi naga, walaupun ada bantuan kecil dari Euphy di kala itu. Penonton juga sudah diberikan informasi betapa kuat dan brutalnya Anis ketika bertarung sejak episode pertama.
Mau dibilang mentalnya lemah saat bertarung? Waktu Anis melawan Algard yang merupakan saudara sedarah, dia masih bisa melakukan trik-trik yang membuat pertarungan enak dilihat. Julukan Marauder Princess menjadi begitu receh saat battle terakhir antara dua sahabat layaknya Sasuke dan Naruto itu berlangsung. Omong-omong soal Sasuke dan Naruto, kalian bisa nyadar kan bagaimana standar last battle antara dua insan benci bilang cinta seharusnya dieksekusi?
Peran Karakter Pendukung yang Sangat Minimal
Beralih ke dosa berikutnya, anime ini tergolong salah satu yang paling menahan diri untuk membuat karakter bisa menjalankan sebuah peran.
Kalau kita menilai karakter jualannya, kelima waifu yang ditawarkan bagus. Namun, tidak semua mendapat peran yang bagus. Setelah arc Algard selesai, Lainie seperti jadi karakter buangan yang tidak punya andil bagian apa-apa dalam cerita. Intinya gini,
“Tugas lu dah selesai, sekarang jadi maid dan diam jadi penonton bareng Illya yang hampir tidak mendapat pendalaman karakter.”
Tilty masih mending. Dia punya peran di arc penutup anime, tapi itu juga tidak signifikan. Masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari karakter ini, sehingga dirinya menjadi karakter pendukung yang lemah dan tidak punya base story yang mengikat.
Anime ini juga sangat pelit mengeluarkan karakter sampingan yang bisa dipakai berpartisipasi dalam sebuah event. Coba kita pikirkan, ada berapa banyak bangsawan dari kerajaan itu? Dari sekian banyak bangsawan yang bisa ditampilkan hanya dua orang saja yang ikut dalam rencana pemberontakan bersama Algard. Itu pun bapak dan anak. Ke mana bangsawan lainnya? Kok bisa bodoh sih, ada rencana besar menggulingkan rezim, tapi modal cuma 3 orang. Berapa IQ yang dimiliki kedua bangsawan tersebut sampai bisa mau bikin rencana konyol seperti itu?
Jika, ingin membuat gebrakan dalam cerita, janganlah coba menahan karakter dalam berperan. Tidak perlu kok semua bangsawan diperkenalkan. Hal terpenting ada jumlah yang cukup dan masuk akal, pasti ceritanya akan lebih diterima.
Ambil contoh anime Realist Hero. Ini anime yang kuat dengan unsur politik dan lebih ribet sistemnya dari Tenten Kakumei. Ketika ada bau pemberontakan, ada berapa bangsawan yang diperlihatkan? Banyak bukan? Tetapi, tidak semua diperkenalkan namanya satu per satu. Kalau Tenten Kakumei bisa belajar sedikit saja dari anime ini, pasti plot-nya bakal lebih masuk akal.
Paling parahnya lagi, sistem pemerintahan kerajaan di anime ini begitu lemah. Raja, ratu, dan perdana menteri sama sekali tidak ada gunanya. Coba lihat berapa keputusan yang bisa mereka ambil dari pemikiran mereka sendiri? Soal Euphy mengungsi itu inisiatif Anis. Kemudian, masalah Lainie dan kemampuan uniknya juga diatur Anis. Bahkan Anis sebagai penerus raja juga ada peran dominan dari Anis itu sendiri. Lantas gunanya mereka apa? Sebagai orang tua saja, mereka hampir tidak ada perannya, hanya bisa melihat dan menerima perbuatan anaknya begitu saja. Wajar saja, anak pertama liarnya minta ampun, anak kedua capernya minta ampun.
Verdict: Di Luar Nalar/10
Saya nulis sepanjang ini masih belum cukup untuk membuka semua borok dari cerita anime ini. Kalau mau dikata, mungkin dari karakterisasi Algard sebagai antagonis juga tergolong gak make sense. Awalnya diarahkan ke niat ingin menggulingkan raja, terus berubah menjadi iri terhadap kakaknya yang luar biasa, sampai keinginan kembali ke hubungan kakak adik yang seperti dulu. Motifnya sih keren, tapi kelakuannya itu loh.
Untuk membuat itu semua, Algard sudah memutuskan pertunangan secara sepihak dan di depan publik, mempermalukan nama baik Euphy. Kemudian ia juga sudah membuat Lainie, sang pujaan hatinya menjadi donat yang hampir matang seperti Ace. Itu semua ia lakukan supaya kakaknya bisa memperhatikan dia seperti waktu kecil. Bayangkan jika kamu punya adik, terus adikmu mencelakai temanmu dan orang-orang terdekatmu, kira-kira respon yang paling masuk akal darimu apa? See?
Saya mengerti kalau author ingin membawa cerita ke ending yang diinginkan. Namun, cobalah ceritanya dibuat lebih proper dan lebih mudah diterima. Kasihan karakter-karakter pendukung yang hampir ga dapet perhatian.
Sekali lagi saya tekankan, semua jerih lelah dari studio yang memproduksi anime ini, sudah pada upaya terbaiknya. Musik yang memukau, timing yang pas, momen kunci yang dibuat spesial, semuanya itu akan lebih indah kalau ceritanya masuk akal. Cerita adalah nyawa dari suatu seri. Kalau ceritanya goblok, maka unsur-unsur lainnya jadi sia-sia.
Semoga kalian paham maksud dari opini saya. Kalau tidak setuju, jangan sungkan menantang saya dalam permainan catur untuk berdiskusi dengan saya.
Sampai jumpa di rubrik edisi selanjutnya.