Kanau.org – Bukan hal yang baru lagi jika sebagian manusia mengatakan bahwa anime Hibike! Euphonium adalah anime yuri. Hal ini menjamur seperti halnya orang yang meyakini kalau meminum air dingin lebih efektif menghilangkan rasa pedas daripada minum air hangat, yang mana pemikiran ini akan selalu ada dan sulit untuk dihilangkan dalam dua kasus tadi.
Penulis sadar anggapan pada anime Hibike! Euphonium terkait hal tersebut berangkat dari istilah yang cukup populer di kalangan penikmat anime, yaitu yuri bait. Penulis kurang mengetahui pengertian yuri bait itu seperti apa, dan penulis kurang yakin bisa memahaminya sebagai bentuk seni dalam penarasian cerita.
Namun yang penulis ketahui, bait secara bahasa artinya umpan. Sedangkan bait dalam konteks ini berarti suatu umpan atau tipuan yang bertujuan menggerakkan orang lain ke dalam suatu pemikiran tertentu yang dia inginkan. Jika dalam cerita antara penulis dan pembaca.
Dengan kata lain, yuri bait hanyalah sebuah tipuan dari sang penulis cerita kepada pembaca untuk menarik perspektif yuri terhadap karakter dalam cerita. Padahal sebenarnya secara genre, anime ini tidak membawakan genre yuri.
Penulis pun sebenarnya sadar bait ini dilakukan untuk menarik minat sebagian orang supaya melirik seri ini. Itu memang berhasil dan menguntungkan juga. Namun, poin saya di sini, jangan sampai sesuatu yang hanya sekadar pemanis itu menjadikan kita gagal menyadari nilai sebenarnya dari seri ini.
Sebab sebenarnya anime Hibike! Euphonium bukanlah itu. Apa yang dibawakan seri ini dan yang menjadi inti di dalamnya jauh lebih bagus dan lebih dalam dari hanya sekadar pemanisnya. Penceritaan, penokohan, detail dan pesan moral di Hibike! Euphonium adalah nyawanya.
Beberapa elemen yang menjadi poin plus pada saya terhadap Hibike! Euphonium yang ingin saya angkat di sini meliputi :
1. Transisi cerita
Hibike! Euphonium termasuk memiliki alur cerita yang rapi dalam penulisannya. Tidak hanya dalam satu konflik cerita saja, melainkan rangkaian konflik dalam anime ini disusun dengan transisi yang baik.
Perpindahan dari konflik satu ke konflik yang lain terkesan sangat mengalir dan tidak terasa mendadak. Konflik tidak berakhir dan berganti secara tiba-tiba begitu saja. Namun lebih dahulu diberikan sebuah pematik atau pemicu sebelumnya.
Di anime ini saat sebelum suatu konflik dimulai, potongan-potongan konflik tersebut terlebih dahulu diperlihatkan sedikit demi sedikit. Pemicu dari konflik itu dihadirkan dahulu terkait karakter mana yang akan bermasalah, dan gambaran awal mereka yang dapat membuat penonton bertanya apa yang terjadi pada karakter tersebut.
Misal pada konfliknya Kasaki Nozomi. Apa kalian sadar Nozomi pertama kali muncul dalam animenya saat musim pertama? Sebenarnya dia baru benar-benar diperkenalkan di musim kedua bersamaan dengan mulainya konflik.
Nozomi sebenarnya sudah dimunculkan di musim pertama, tepatnya saat konser Kyoto. Dia diperlihatkan sebagai salah satu penonton yang bertepuk tangan setelah Kitauji menyelesaikan penampilannya. Dia digambarkan dengan wajah senang besertaan sedih tanpa sebuah penyesalan.
Kemudian, beberapa potongan kilas balik tahun sebelumnya juga beberapa kali ditampilkan di musim pertama. Kilas balik di mana para anggota kelas 1, pada saat itu mendapati sebuah masalah yang dihadapi. Sampai pertanyaan mengapa anak kelas 2 tidak terlalu banyak di klub juga sudah diangkat sejak musim pertama.
Ini membuat seolah konflik tentang Nozomi tidak muncul dan dibahas secara tiba-tiba. Menjadikan alurnya tidak terkesan berubah mendadak dan bisa dimengerti oleh penonton saat konflik tersebut benar-benar dimulai di musim kedua. Dan bukan hanya konflik ini, melainkan semua konflik di anime ini menggunakan formula yang serupa.
Satu lagi yang ingin saya highlight di poin ini juga, sadarkah kalian jauh sebelum konflik Asuka dimulai di akhir musim kedua, kita sudah terlebih dahulu diperlihatkan Asuka di episode 5 tepat sebelum kompetisi Kansai, sempat menelusur di internet dan melihat nama-nama juri yang ada di kompetisi nasional. Siapa yang akan menyangka adegan sepersekian detik itu, dan terkesan adegan biasa saja adalah salah satu pemantik konflik besar yang melibatkan Asuka.
2. Pemilihan judul
Mungkin poin ini bisa masuk pada detail, yang mana akan dibahas di poin berikutnya. Namun entah mengapa saya ingin memasukkan pemilihan judul sebagai poin tersendiri di sini.
Judul di setiap episode Hibike! Euphonium tidak dibuat asal-asalan. Kyoani mencoba membuat setiap judul serasi dengan permasalahan yang diangkat pada episode tersebut beserta karakter yang menjadi highlight di sana.
Bagi saya ini sangat menarik dan unik. Bukan hanya karena setiap judul merefleksikan cerita di dalam episodenya saja, tapi juga pemilihan kata dan rangkaian frasa diperhatikan sedemikian rupa, sehingga terdengar menarik dan sangat cocok untuk seri ini.
Misal saja episode 7 musim pertama berjudul “Saksofon Cengeng”, episode saat Haruka sempat jatuh dan bolos dari latihan karena merasa bersalah pada Aoi. Episode 10 yang berjudul “Trompet Blakblakan”, menggambarkan sikap Reina di episode ini yang terbawa emosi dan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan. Kemudian, episode 8 berjudul “Festival Segitiga” menceritakan rumitnya kisah cinta segitiga yang terjadi dalam festival Agata antara Kumiko, Hazuki, dan Shuuichi.
Episode lain pun memakai cara yang sama dalam memilih judul. Hal ini menjadikan setiap judul itu khas dan menjadi satu elemen penting di semua episode. Selain itu dari judul yang dipilih, semuanya mempunyai rasa “Hibike! Euphonium” di dalamnya.
3. Detail-detail
Poin ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai postingan tersendiri. Mengingat tak terhitungnya detail-detail dari anime ini. Menandakan bahwa produksi anime Hibike! Euphonium selalu dibuat dengan serius dan effort yang tinggi.
Kali ini mungkin, penulis akan menyebutkan beberapa yang menurut penulis paling menarik. Pertama adalah detail dari susunan letak semua anggota grup musik Kitauji saat melakukan ansambel. Entah saat latihan maupun tampil dalam kompetisi, susunan dari setiap member yang ada tidak berubah.
Dalam orkestra, susunan para pemain disesuaikan dengan alat musik yang dimainkan. Ada beberapa urutan baku pada jenis alat musik tertentu, dan bebas bagi beberapa jenis lainnya. Susunan formasi bagi suatu grup musik orkestra itu ditentukan dan tidak akan berubah dalam susunannya.
Hal ini yang dicermati dalam produksi anime Hibike! Euphonium. Menariknya adalah konsistensi ini selalu dihadirkan di setiap sudut kamera menyorot. Saat sudut jauh yang mana menunjukkan semua karakternya, setiap posisi karakter akan tetap sama kapan pun dan di mana pun kamera menyorot dari dekat.
Gambarannya seperti ini, tahukah kalian dengan karakter bernama Taura Mei? Wajar bila tidak tahu karena dia hanyalah karakter minor atau figuran di cerita ini. Dia adalah siswi kelas 3 Kitauji Highschool, satu angkatan dengan Asuka, Haruka, dan Kaori. Mei bermain alat musik trombon dalam grup musik Kitauji.
Tempat duduk atau posisi Mei dalam grup musik Kitauji saat ansambel ada di barisan para pemain trombon. Satu saf dengan Shuuichi karena sesama member trombon, dan sekitar dua baris tepat di belakang tempat duduk Kumiko. Jika kalian mau memperhatikan, setiap angle kamera yang menyorot di sekitar posisi itu, Teura Mei terlihat tidak berubah sama sekali. Nanti saya kasih gambarnya mungkin supaya lebih jelas.
Hal ini mengindikasikan bahwa posisi setiap karakter dalam grup musik Kitauji secara konsisten diperhatikan betul, bahkan untuk semua karakter figurannya. Karakter figuran saja sampai diperhatikan seperti itu. Menyesuaikan begitu banyak karakter dalam satu formasi, dan tetap konsisten mempertahankannya di saat sudut kamera berubah adalah hal yang sulit.
Padahal secara mereka, para karakter figuran hanya dibuat sebagai pengisi latar saja, tanpa ada keterkaitannya dalam cerita. Kalaupun katakanlah, saat kamera menyorot pada Kumiko, seseorang yang menjadi pengisi latar di sana berganti pun, kita akan oke-oke saja dan tak akan mengubah jalannya cerita. Namun Hibike! Euphonium memperhatikan hal sekecil itu. Itulah yang membuat anime ini sangat istimewa.
Detail yang kedua, saya yakin kalian tidak mengenal karakter yang bernama Mihara Kyouko. Dia juga termasuk karakter minor di seri ini, sama seperti Taura Mei. Seperti halnya Mei juga, dia siswi Kitauji yang satu angkatan dengan Asuka, yang merupakan pemain flute atau seruling.
Ketahuilah Mihara Kyouko adalah karakter figuran terbaik yang dibuat di Hibike! Euphonium. Mengapa demikian? Karena dia adalah satu-satunya karakter figuran yang mempunyai perkembangan karakter di dalam cerita.
Diceritakan Mihara Kyouko di episode 4 musim pertama, dia menangis di depan pembimbing band Taki-sensei, karena cara mengajarnya yang sadis. Dia hampir tidak bisa berkata-kata saat Taki-sensei menghujaninya dengan kata-kata pahit terkait permainan flute-nya.
Namun setelah momen itu, dia tidak berhenti di sana. Dia bukan bagian orang yang mengikuti jejak Aoi yang meninggalkan band karena pelatihan yang terlalu intens. Mihara Kyouko tetap berada di band dan terus-menerus memperbaiki permainannya.
Dengan usahanya, Mihara Kyouko bisa tampil baik di SunFes dan berhasil menjadi salah satu member yang terpiih untuk kompetisi pada bagian flute. Usaha dan keuletannya setelah “dihajar” habis-habisan inilah yang membuatnya sampai pada kancah nasional bersama Kitauji. Akhirnya, di hari kelulusannya pada episode 13 musim kedua, Mihara Kyouko berterimakasih pada Taki-sensei atas bimbingannya yang membuatnya sampai di titik ini.
Sebuah perkembangan dari karakter yang hampir sama sekali tidak memiliki dialog sepanjang seri Hibike! Euphonium, benar-benar dibuat dengan sangat baik dan menyentuh di akhir. Ini yang saya rasa tidak akan kalian dapatkan di anime lain. Ketika sebuah seri memiliki cerita sebagus ini hanya untuk seorang karakter sampingan, itu menunjukkan betapa istimewanya seri tersebut.
4. Referensi
Hibike! Euphonium adalah seri yang juga sangat memperhatikan referensi yang akan mereka masukkan ke dalamnya. Referensi dari tempat-tempat di dunia nyata yang digunakan sebagai latar tempat dan sebagainya. Biasanya memang bertujuan untuk mempromosikan suatu destinasi wisata tertentu.
Latar yang digunakan dalam seri Hibike! Euphonium diambil dari tempat yang ada di dunia nyata, lebih tepatnya di Kyoto. Sekolah, bangku tamat di dekat sungai, tempat duduk tamannya Kumiko dan Reina, pinggiran sungai tempat duduk Kumiko dan Shuuichi, semua itu saat ini menjadi tempat paling ikonik dan paling ramai dikunjungi oleh penggemar Hibike! Euphonium.
Tidak hanya sampai di situ, referensi yang dipakai oleh pihak Kyoani sampai merambat pada tempat yang bahkan tidak divisualisasikan pada seri ini. Pada episode 9 musim kedua, ketika Kumiko hendak pergi mengunjungi rumah Asuka, Kaori memberi saran pada Kumiko untuk membeli manju kesukaan ibunya Asuka di sebuah toko.
Nah, nama toko ini disebutkan dalam animenya, tapi penulis lupa namanya. Namun, toko itu sendiri tidak pernah muncul di anime. Cara promosi yang unik untuk sebuah objek, dengan tidak memvisualisasikan tempatnya dan hanya membuat karakternya menyebutkannya saja.
Bukan hanya tempat, Hibike! Euphonium juga memperhatikan desain makanan dari tempat tersebut. Ingatkah kalian restoran tempat Kumiko dan Kanade berbincang tentang Natsuki. Di sana Kanade memesan makanan yang persis memang ada dan dijual di restoran tersebut. Andaikan yang muncul makanan acak, sebenarnya tidak masalah. Namun, kembali lagi Kyoani memilih untuk memperhatikan detail tersebut.
Selanjutnya mungkin sedikit promosi, supaya kita semua tahu impact besar dari anime Hibike! Euphonium. Selain sponsor asli mereka yaitu Yamaha, Hibike! Euphonium di tahun lalu saja sudah melakukan banyak kolaborasi dalam satu kalender.
Pertama dengan Hotel Keihan Kyoto Grande, yang mana diperkenalkan juga secara khusus menu makanan dan minuman khas dari setiap karakter Hibike! Euphonium termasuk Tuba-kun. Lalu ada juga Kyoto Tower Hotel yang sudah berkolaborasi dua kali dalam satu tahun. Ada juga dengan Keihan Electric Railway, salah satu kereta listrik yang ada di Kyoto.
5. Musik
Sudah menjadi sebuah kewajiban bagi anime musik untuk memiliki lagu tema yang bagus. Tanpa adanya hal itu, orang-orang akan ragu menyebut ini sebagai anime musik. Hibike! Euphonium tidak akan kalah dengan hal itu.
Di seri Hibike! Euphonium, akan menjadi sebuah kebiasaan, yaitu lagu tema pembuka di setiap musimnya akan dinyanyikan oleh mbak Miho Karasawa. Kemudian lagu tema penutupnya dibawakan oleh seiyu dari Kitauji Quartet. Semuanya sangat bagus dan enak didengar.
Bukan hanya itu, musik paling magis dalam anime ini adalah permainan orkestra itu sendiri. Saat membawakan sebuah lagu, anime ini secara penuh menyuguhkannya dengan grup musik orkestra profesional. Grup musik orkestra yang terpercaya dipilih untuk membawakan setiap not dalam semua lagu yang diangkat sepanjang anime ini.
Pembawaan rasa orkestra ini ingin lebih ditonjolkan lagi pada seri ini, dengan melakukan proyek cover versi lagu tema pembuka dari TRUE, “Dream Solister”, “Soundscape”, dan “Blast”, dengan diiringi instrumen orkestra pada lagu-lagu tersebut. Versi orkestranya bisa didapatkan secara legal dalam BD movie 1, 2, dan 3.
Menandakan bahwa tim produksi benar-benar ingin menyerukan bahwa ini adalah anime orkestra. Dan rasa orkestra itu sangat kental dan erat dengan anime Hibike! Euphonium. Sebuah dedikasi total kalau boleh saya bilang.
6. Pesan Moral
Hal yang paling memenangkan hati saya terhadap seri Hibike! Euphonium adalah pesan moral yang ada di dalamnya. Mungkin poin ini adalah bagian yang paling tidak dihiraukan banyak orang. Namun, bagi saya, ini adalah elemen paling penting yang dapat saya ambil dari seri ini.
Kalau boleh bicara langsung, penulis akan mengatakan bahwa Hibike! Euphonium sepanjang seri ini berjalan mengajarkan tentang bagaimana kita menjalani kehidupan bermasyarakat. Bagaimana kita bisa mengendalikan ego kita di tengah banyaknya macam-macam orang dengan karakteristik dan egonya masing-masing.
Seperti saat Hazuki yang memaksakan egonya masuk tanpa memperhatikan perasaan temannya di konflik Festival Segitiga, atau saat Haruka yang membuat egonya mengalahkan dia dalam konfliknya bersama Aoi. Serta Kanade yang kepustusan seenaknya yang dia buat ternyata dapat menyakiti perasaan orang lain.
Semua itu adalah momen ketika ego kita berbenturan dengan ego orang lain dalam kehidupan, bahkan dalam masalah sepele pun sering kali terjadi. Menyebabkan akan adanya permusuhan, keegoisan, dan juga rasa benci di tengah-tengah masyarakat. Seyogyanya kita bisa mengendalikan ego kita dan menjauhi segala penyakit hati yang mungkin bisa timbul karenanya.
Salah satu momen saat Kaori mau menurunkan egonya adalah momen favorit saya. Di musim pertama saat audisi trompet solo, Kaori meninggikan egonya setelah hasil audisi dibuat. Sampai memunculkan konflik dengan Reina yang saat itu juga ikut meninggikan egonya.
Memang di sini awalnya Reina tidak salah. Karena keputusan sudah dibuat, dan yang menyangkalnya adalah Kaori. Namun sikap Reina dalam menanggapi hal ini yang membuatnya salah. Dia melakukan self defense dengan angkuh yang membuat suasana jadi lebih parah. Ego Reina yang ia pertahankan, akhirnya tidak membuatnya menjadi pihak yang benar di sini.
Mengutip perkataan guru penulis, beliau mengatakan.
“Orang lain salah, tetapi bila dihadapi dengan takabur (sombong), maka yang menghadapi lebih salah dan lebih berdosa.”
Nasihat dari guru saya ini yang saya pegang sekuat-kuatnya pada diri saya. Bahwasannya meskipun orang lain salah, kita tidak boleh menyikapinya dengan sombong, seperti yang Reina lakukan.
Kemudian, pada akhirnya di audisi ulang, momen itu pun terjadi. Di depan semua anggota grup musik Kitauji, permainan solo Reina terdengar lebih bagus. Namun, secara voting, Kaori mendapat suara lebih banyak karena posisinya sebagai senpai. Artinya secara mufakat Kaori yang harusnya mendapatkan tempat sebagai pemain trompet solo.
Akan tetapi di momen itu, Kaori berhasil menurunkan egonya di depan semua orang. Dia rela menyerahkan posisi trompet solo pada Reina yang memang lebih baik darinya. Sebenarnya jika mau Kaori bisa saja tetap mempertahankan egonya dan mengambil posisi sebagai pemain solo. Namun, dia memilih untuk menurunkan egonya, dan lihatlah hasilnya permasalahan di antara mereka sudah terselesaikan.
Anime ini mengajarkan kepada kita kapan kita harus menurunkan ego kita. Bagaimana cara meninggalkan perselisihan di kehidupan bermasyarakat. Meminimalisir konflik dan permusuhan. Paa akhirnya pun, Reina juga meminta maaf pada Kaori. Menandakan Reina juga mengakui kesalahannya dan menurunkan egonya demi meredam sebuah konflik.
Satu lagi yang ingin saya sebutkan adalah momen di film Chikai no Finale. Pada saat Kanade bertanya pada Kumiko kenapa sebegitunya dia terobsesi untuk memainkan euphonium lebih baik lagi. Lalu, disusul dengan ungkapan.
“Setelah sudah jago, lalu selanjutnya apa?”
Di sini Kumiko menjawab dengan tegas bahwa dia tidak memikirkan setelahnya. Dia hanya ingin berusaha sekuat yang dia bisa saat ini tanpa memikirkan akan apa yang terjadi di masa yang akan datang.
Sebenarnya ini sangat dalam maknanya. Jujur poin ini tidak saya temukan sendiri saat menontonnya. Melainkan saya baru sadar setelah teman saya memberitahu saya tentang pesan moral ini. Dan saya setuju dengannya
Jawaban Kumiko ini menandakan sebuah bentuk dari ikhtiar dan tawakal seorang hamba. Kita tidak perlu memikirkan hasil atau nasib kita di masa yang akan datang. Kita hanya perlu berusaha sekuat tenaga kita saat ini terhadap apa yang kita tekuni atau kerjakan. Masalah hasil dari usaha kita, biarlah itu menjadi urusan Sang Pencipta.
Kumiko berjuang agar permainan euphoniumnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Dia tidak masalah hasilnya seperti apa, apakah dia akan benar-benar jago atau tidak itu tidak penting. Namun, hal terpenting adalah saat ini dia berusaha sekuat tenaga meraih apa yang ingin dia raih. Masalah hasil sudah ada Yang Maha Adil yang mengaturnya.
KESIMPULAN
Sejatinya anime Hibike! Euphonium adalah anime yang dibuat dengan effort tinggi, yang membuatnya menjadi anime dengan tingkat tinggi di industri anime. Maka bukan hal yang mengejutkan bila segelintir orang menjadikan anime Hibike! Euphonium sebagai anime favoritnya.
Dalam pandangan saya, Hibike! Euphonium adalah masterpiece yang dibuat oleh Kyoani. Kyoani membuat semua elemen dalam anime ini sedemikian rupa dengan sangat baik. Karena dengan melihat semua aspek yang ada di dalam anime ini memang sangat layak dijadikan sebagai yang terbaik.
Hibike! Euphonium pada akhirnya mungkin akan tetap dipandang sebagai anime dengan yuri bait di dalamnya bagi sebagian orang. Namun, satu pesan yang ingin saya sampaikan pada orang yang menganggap Hibike! Euphonium adalah anime yuri dan pada orang yang melihat anime ini hanya sekadar anime dengan yuri bait saja.
Pesan saya adalah coba perhatikanlah lebih jauh lagi, selami lebih dalam lagi, lihatlah lebih luas lagi, apa yang sebenarnya ada di anime Hibike! Euphonium jauh lebih dari sekadar itu saja. Janganlah hanya melihat pada satu sisi dan tidak mengacuhkan pada poin utamanya, seperti lebah yang menghisap bunga pohon apel tanpa pernah merasakan manisnya buah apel itu.
Sumber: Reina (Facebook)
Leave a Comment
You must be logged in to post a comment.