#1 Your Trusted Business Partner

Vivy: Fluorite Eye’s Song: Esensi Diciptakannya Sebuah Lagu

Kanau

Kanau.org – Lagu sudah menjadi makanan sehari-hari banyak orang. Muda dan tua tentu senang dengan lagu, apalagi yang mereka dengarkan adalah lagu gubahan idola mereka. Lagu juga sering dijadikan isu perbincangan, dengan topik status halal dan haramnya menjadi ramai bagi kalangan tertentu.

Pertanyaannya seperti apa lagu yang sering didengar para warganet di dunia maya? Apakah lagu dapat berdampak buruk bagi para pendengarnya? Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu adanya sampel sebagai perwakilan jawaban atas pertanyaan di atas. Tentu tulisan ini tidak membahas status haram dan halalnya sebuah lagu, apalagi membawakan dalil-dalil naqli dan aqli tentang lagu. Sejatinya, tulisan ini dibuat agar dapat memahami timbal balik ketika mendengarkan sebuah lagu secara umum.

A. Hakikat Lagu

Lagu merupakan kombinasi dari ragam lirik dan musik yang mempunyai kesinambungan irama.  Sesuai etimologi, musik terbagi atas dua unsur yaitu lirik dan musik. Masing-masing dari unsur tersebut membangun suara dan pada akhirnya membentuk lagu, membuat para pendengarnya mungkin bisa memahami pesan terkandung di dalamnya.

1. Lirik

Lirik sendiri merupakan rangkaian kata yang terbentuk atas beberapa bait tergantung dari penulisnya. Lirik memiliki sifat variatif, bisa eksplisit atau implisit tergantung suasana dan sasaran lirik itu dibuat. Namun, sampai sejauh pengalaman penulis, lirik biasanya ditulis dengan sifat abstrak sebagai luapan emosi. Ada pula, lirik yang ditulis sebagai bentuk sindiran terhadap isu kontemporer. Hasil dari lirik tersebut didapatkan atas tafsiran banyak orang.

Hal ini menjadikan pendengarnya dapat berimajinasi apa yang sebenarnya dipikirkan oleh penulis lirik dengan 1000 macam imaji. Sayangnya, popularitas nama-nama yang sering membuat lirik abstrak ini tenggelam dan menyisakan beberapa nama yang bertahan.

Mereka hanya akan tampil ke publik, membawakan lirik yang dianggap dapat membawa perubahan bagi pendengarnya ketika ada isu terkait dengan lirik mereka, seperti Linkin Park, Nirvana, Avenged Sevenfold, Alffy Rev, Letto, dan sebagainya.

2. Musik

Musik merupakan rangkaian irama yang dihasilkan melalui alat musik. Musik dibuat berdasarkan permintaan dari seseorang atau memang murni keinginan dari sang komponis itu sendiri. Musik memiliki beragam frekuensi mulai dari Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Si dan Do. Nantinya, frekuensi ini diolah lebih lanjut sesuai keinginan komponis.

Tidak seperti lirik, musik sangat sering muncul sebagai selingan wajib dari setiap drama atau dokumentasi untuk bisa menghayati atas apa yang sedang didengar. Musik sendiri terbagi atas dua jenis, dipadukan dengan lirik dan tidak dipadukan dengan lirik, tergantung keinginan komponisnya. Nama-nama yang sangat sering membuat musik sendiri ialah Yuki Kajiura, Hiroyuki Sawano, Addie MS, Ismail Marzuki, Isyana Sarasvati, dan sebagainya.

B. Hakikat Vivy: Fluorite Eye’s Song

Berbicara tentang anime dan musik, ada satu anime dengan musik sebagai nilai jualnya, yaitu Vivy: Fluorite Eyes Song. Tentu tidak mengesampingkan anime berjenis sama yang lebih populer seperti Your Lie in April, Sound! Euphonium, Love Live, BanG Dream!, The iDOLM@STER dan K-On! karena sudah banyak yang mengetahui judul-judul anime tersebut.

Anime ini bagi kalangan pecinta anime Indonesia mungkin tidak terkenal dan itu wajar. Hal itu disebabkan, anime ini mendapatkan popularitas yang sedikit ketimbang anime lain yang dirilis pada waktu yang sama. Seperti Tokyo Revengers, Record of Ragnarok, My Hero Academia, Higehiro, Jujutsu Kaisen, To Your Eternity, Zombieland Saga dan Eighty Six.

Selain kalah populer, anime ini tidak dilirik karena dari judulnya saja sudah tidak menarik untuk dilihat sehingga mendapat impresi yang kurang sebegitunya baik. Anime ini juga termasuk seri original, sehingga tidak banyak orang yang tahu anime ini sebelum orang lain menontonnya dan membagikan pengalamannya kepada kita.

Tetapi dari semua kekurangan itu, menjadikan anime ini malah menarik untuk ditonton. Ditulis oleh author Re: Zero langsung yaitu Tappei Nagatsuki, didampingi juga oleh Eiji Umehara dalam pembuatan alur ceritanya dari awal hingga akhir. Lagunya sangat enak dan nyaman untuk didengar, tak ayal jika mendapatkan rating yang sangat tinggi sebagai anime orisinal.

Ketika penulis mendengar bahwa authornya merupakan Tappei Nagatsuki, penulis berharap hasil garapannya memuaskan dan hasilnya diluar ekspetasi. Jika menginginkan rating, penulis akan menilai anime ini dengan rating 9/10 karena eksekusinya yang sebegitunya mewah, tepat sasaran dan tak berlebihan.

Meskipun menggunakan konsep perjalanan waktu yang memang terkenal susah untuk dianalisis, anime ini cukup mudah dipahami karena hanya memakan sedikit episode. Sekelas Fajrul Fx pun ketika membahas satu anime dengan konsep perjalanan waktu, hanya mendapatkan satu pembahasan saja dari total 26 episode yang tersedia. Mungkinkah anime ini merupakan Steins;Gate versi Lite? Bisa iya dan bisa tidak tergantung perspektif masing-masing.

Diperkenalkan pada akhir Maret 2021 dan berakhir pada pertengahan Juni 2021. Dikerjakan oleh WIT Studio, studio yang terkenal karena mengerjakan serial Attack on Titan sampai seri ketiga dan animasi aksi pertarungannya yang sangat smooth.  Disiarkan dalam berbagai platform media seperti Crunchyroll, Netflix, Funimation dan Aniplus Asia dengan total 13 episode.

Meski grafis dan aksi dari anime ini sudah terlihat menjanjikan dari trailer pertama, sayangnya itu pun masih tidak cukup untuk menutupi kerugian mereka mulai tahun kemarin karena penjualan Blu-Ray Disc Attack on Titan Season 2 & 3 yang kurang sebegitunya laku.[i]

Bahkan utang mereka setelah penggarapan anime Vivy: Fluorite Eye’s Song ini, naik drastis dan hampir dipastikan gulung tikar. Untungnya, nasib WIT Studio berhasil diselamatkan oleh I.G Port sebagai subsidiari karena memiliki relasi yang sangat amat baik, sehingga I.G Port rela mengambil kendali penuh atas administrasi dari WIT Studio sampai administrasi mereka benar-benar stabil.

Nasib WIT Studio dalam kendali administrasi I.G Port mulai menunjukkan perkembangan setelah penggarapan anime Ranking of Kings sebanyak 23 episode. Grafis apa adanya, namun begitu to the point alur ceritanya kepada banyak orang. Administrasi WIT Studio kian membaik (meski belum sebegitunya stabil hingga kini) dan makin dikenal banyak orang setelah penggarapan anime Spy x Family.

Cocok untuk semua usia, grafis tier EX, BGM epik, namun tetap mengedepankan alur cerita secara to the point. Tak ayal jika ratingnya mendapat 8.8/10, sebuah skor yang sangat amat sulit dicapai untuk anime rilisan kini. Opini penulis tentang Spy x Family, bisa langsung dilihat melalui akun Facebook penulis maupun publikasi pada situs Kanau.

Jika diperhatikan, nasib dari anime ini sangat amat persis seperti yang dialami anime Record of Ragnarok garapan Graphinica. Sejatinya, kedua anime ini sama-sama memiliki deadline ketat namun dibayar secara tak adil oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengannya, sehingga eksekusinya pun tak sebegitunya maksimal. Kalian pasti paham siapa pihak ketiga itu, bukan?

Anime ini memiliki dua tokoh utama yang sudah diperkenalkan dari awal episode. Vivy, seorang robot AI (Artificial Intelligent/Kecerdasan Buatan) dengan profesi sebagai penyanyi. Dibuat oleh beberapa profesor ahli dalam bidangnya untuk menciptakan robot AI pertama dengan perawakan persis seperti manusia pada umumnya. Vivy, lahir pada 19 Juni 2060, pukul 22:01.

Perawakannya sama seperti perempuan pada umumnya, dengan tanda di leher sebelah kirinya sebagai pembeda antara dirinya dengan manusia. Vivy sendiri merupakan seorang penyanyi perempuan dengan bakat luar biasa dan juga cukup terkenal oleh berbagai kalangan masyarakat terutama pengunjung Nialand.

Dia berkontribusi dalam mensukseskan Project: Singularity bersama Matsumoto. Dengan misinya tersebut, Vivy tetap menjalankan profesinya sebagai penyanyi karena profesinya nanti akan menjadi titik krusial pada akhir cerita. Sayangnya, kemampuannya sebagai penyanyi saja tidak cukup. Vivy mulai kesulitan menghadapi musuh-musuhnya pada tengah cerita, sehingga Vivy membutuhkan kemampuan bela diri agar bisa bertahan sampai akhir.

Matsumoto, seorang robot AI pembantu dengan perawakan kotak kubus biasa. Tidak seperti robot AI lainnya, Matsumoto memiliki kemampuan selayaknya virus, dapat mengendalikan sekaligus memanipulasi sesuatu sesuai kehendaknya layaknya sebuah virus. Umumnya, virus internet yang sering dialami oleh manusia saat ini adalah Ransomware, Spyware, Adware dan Tupperware (YTTA).

Matsumoto sendiri diciptakan oleh profesor bernama Dr. Matsumoto Osamu pada 11 April 2161, tahun di mana klimaks dari cerita sedang terjadi. Saat itu, terjadi genosida atas pencipta robot AI itu sendiri, manusia. Genosida tersebut terjadi karena para robot AI pada tahun itu merasa mereka dapat menggantikan manusia dalam memajukan peradaban dan ini sudah menyalahi aturan mereka sendiri sebagai robot AI.

Di sisi lain, genosida ini terjadi karena salah satu robot AI, Vivy, menciptakan sesuatu yang seharusnya diluar batas kemampuan robot AI. Vivy menciptakan satu lagu berjudul Fluorite Eye’s Song baik dari lirik maupun musiknya, yang nantinya akan dinyanyikan oleh semua robot AI sebagai bentuk kesetaraan mereka kepada manusia. Mereka juga akan memberikan manusia kematian yang sadis.

Untungnya pada saat genosida masal itu, ada profesor bernama Dr. Matsumoto yang telah mempelajari konsep lubang cacing dan telah diaplikasikan secara matang. Menggunakan kemampuannya, beliau membuat dan mengolah data serta mengirim satu robot ke masa lalu guna memperbaiki kesalahan di masa lampau sehingga genosida tersebut terjadi.

Nantinya robot ini dinamai sebagai Matsumoto, ditakdirkan untuk bertemu dengan Vivy 100 tahun silam dan menjelaskan kepadanya Project: Singularity. Matsumoto memilih Vivy karena hanya dia satu-satunya robot AI di dunia yang tidak memberontak selain Elizabeth. Sebagai gantinya, Dr. Matsumoto rela mengorbankan nyawanya demi mendapat hasil yang sudah pasti lebih baik.

Dari masa lalu ini, Matsumoto menjelaskan apa yang akan terjadi selama 100 tahun terakhir dan apa saja yang harus diperbaiki kepada Vivy. Perbaikan ini dimulai dari menghentikan pengesahan UU Penamaan AI, menghentikan jatuhnya hotel luar angkasa bernama Sunrise dan menghentikan Ophelia (dalam kendali Antonio) agar tidak melakukan bunuh diri pada 8 Februari 2121. Perbaikan-perbaikan ini Matsumoto namai sebagai Project: Singularity, yaitu memperbaiki apa yang harus diperbaiki pada masa lampau agar tidak terjadi genosida manusia di masa depan.

C. Daftar Lagu dalam Vivy: Fluorite Eye’s Song

Anime ini memiliki beberapa lagu menyesuaikan alur cerita yang sedang terjadi. Diantaranya:

  1. Miya Kotsuki – Happy Together (Episode 1, Prologue)
  2. Satoru Kousaki – Fluorite Eye’s Song (Episode 1, Ending Theme)
  3. Kairi Yagi – My Code (Episode 1)
  4. Kairi Yagi – A Tender Moon Tempo (Episode 3)
  5. Licca & Noa – Ensemble for Polaris (Episode 3 & 4)
  6. Kairi Yagi – Sing My Pleasure (Episode 5, Opening Theme)
  7. Hikari Kodama – Sing My Pleasure (Episode 6)
  8. Kairi Yagi – Galaxy Anthem (Episode 7)
  9. acane_madder – Elegy Dedicated With Love (Episode 8)
  10. Kairi Yagi – Harmony One’s Heart (Episode 9)
  11. Kairi Yagi – Fluorite Eye’s Song (Episode 13, Ending)
  12. Kairi Yagi – Happiness (Special)
  13. Satoru Kousaki – Vivy -Unrivaled- (Pilot Movie)

D. Esensi Lagu dalam Vivy: Fluorite Eye’s Song

1. Sumber Kebahagian

Sing My Pleasure, lagu yang dibawakan oleh Vivy dalam setiap opening animenya. Lagu ini dinyanyikan oleh Vivy saat merintis popularitasnya pada awal-awal, dan dibawakan kembali olehnya setelah mendapat panggung di hati masyarakat terutama para pengunjung di Nialand pada episode 5.

Vivy menyanyikan kembali lagu tersebut karena musik tersebut dapat membawa pamornya ke publik hingga menjadi diva dan dia sangat bahagia akan hal itu. Musik ini terinspirasi atas teman pertamanya, Kirishima Momoka, yang tewas karena kecelakaan pesawat. Kirishima Momoka sangat percaya bahwa Vivy akan terkenal suatu hari nanti. Ditambah mereka berdua saling membenamkan dahi sebagai tanda bahwa janji haruslah ditepati.

Lagu dibuat untuk membawakan kebahagiaan, baik dari pembuat lagu, pendengar lagu maupun pemain alat musik. Sejatinya, jika kita bahagia, tubuh akan ikut sehat pula [ii]. Aliran darah pun ikut lancar dan ini baik untuk kesehatan kulit agar tetap awet muda.

Lagu juga dapat meringankan beban penyakit oleh penderita Hipertensi, serta menurunkan tingkat kecemasan bagi para pendengarnya. Hipertensi sendiri merupakan penyakit akibat penyempitan pembuluh darah berkepanjangan sehingga jantung harus bekerja secara ekstra untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh) [iii].

2. Wadah Emosional

Jika lagu membawa kebahagiaan, maka kebahagiaan merupakan bagian dari emosional disamping marah, sedih, kesal, kecewa, dan perasaan lainnya yang tak dapat diungkap dengan kata-kata. Dengan demikian, lagu juga merupakan wadah emosional, baik dari komponis maupun penyanyi.

Ensemble for Polaris. Lagu yang dinyanyikan oleh Licca & Noa pada episode 3 dan 4, merupakan contoh lagu sebagai wadah emosional. Duet antara mereka berdua, dipadukan dengan alunan musik yang kalem namun tepat sasaran dengan peristiwa yang sedang terjadi.

Lagu ini mulai dinyanyikan saat hotel luar angkasa, Sunrise, yang telah mengalami kerusakan berat dan akan terjun bebas ke bumi. Pada momen tersebut, seluruh penumpang dialihkan ke kapal cadangan agar mereka selamat ketika mendarat ke bumi. Ini menyisakan sang pengelola Sunrise, Estella, dan saudarinya, Elizabeth.

Saat mereka berdua di ruang kendali dan mengeluarkan para penumpang dari kapal utama, mereka bernyanyi bersama sebagai bentuk pertemuan untuk pertama sekaligus terakhir kalinya. Kedua bersaudari itu tidak menyesali atas apa yang telah terjadi, dan malah berharap mereka akan disatukan kembali jika nantinya ada kehidupan kedua.

Juga liriknya tentang bintang, janji, langit malam dan harapan menjadikan musk ini patut untuk didengar bukan hanya para fans Vivy saja melainkan untuk umum. Karena lagu yang dibuat sebagai wadah emosional dijamin akan selalu relevan di sepanjang zaman.

Lagu yang dibuat atas dasar emosional, dapat merangsang emotional quotient/EQ(kecerdasan emosional) [iv]. Biasanya dibuat karena memang kesal atas peristiwa yang sedang atau pernah terjadi dan dibuat pula karena adanya pengalaman pahit dari si penyanyi atau yang terlibat dalam pembuatan musk tersebut.

Ketika kecerdasan emosional meningkat, kita dapat memilih apa yang harus diprioritaskan [v], dan selalu tenang tetiba kita sedang menghadapi masalah yang sebegitunya rumit [vi]. Kecerdasan emosional juga berpengaruh atas tanggung jawab, baik atas diri sendiri dan juga orang lain karena dapat lebih mengenal lagi mengerti atas apa yang dirasakan sehingga paham akan batasan diri.

Lagu jenis ini juga dapat membuat kita fokus dalam mengerjakan sesuatu, apalagi musik tersebut hanya berupa musik non-lirik seperti Lofi Girl. Selain itu, juga dapat meningkatkan interaksi kita kepada Tuhan, karena mulai memahami bagaimana itu kehidupan dengan lirik-lirik yang didasarkan atas penggalan kehidupan.

Jika berbicara lagu sebagai wadah emosional di luar Vivy, sangat banyak sekali jumlahnya dan mungkin lagu yang kita dengar pun sama. Seperti Nirvana – Smells Like Teen Spirit, Avenged Sevenfold – The Stage, Linkin Park – Numb, Once Mekel – Dealova dan berbagai musik lain yang relevan akan sub-bahasan ini. Ciri-cirinya pun sama pula seperti Ensemble for Polaris dan musik sebagai wadah emosional pada umumnya.

Mungkin ada sebagian besar dari para pembaca yang sangat sering mendengarkan lagu kesukaan kalian karena memang enak untuk didengar, namun tidak paham sama sekali akan liriknya. Nah, model pendengar seperti ini juga termasuk kategori seseorang yang menjadikan musik sebagai wadah emosional, karena emosi dari lagu tersebut sampai ke hati kalian meski tak memahami satu pun arti dari liriknya.

3. Sumber Inspirasi

Lagu sebagai sumber inspirasi, yaitu musik yang mengilhami hati seseorang agar bisa melakukan sesuatu [vii]. Di akhir episode, Vivy bernyanyi agar para robot AI dapat diberhentikan fungsinya sebagai robot melalui lagunya berjudul Fluorite Eye’s Song. Meski pada akhirnya Vivy kritis juga karena memaksakan diri, pengorbanannya berhasil menghentikan genosida manusia secara total.

Lagu ini diciptakan sendiri oleh Vivy pada 85 tahun setelah kelahirannya (sekitar ± 2145 M, 15 tahun sebelum klimaks cerita), yang mana robot AI mustahil untuk menciptakan sesuatu karena kecerdasannya tidak murni/buatan. Alasannya agar keberadaan Diva tetap selalu ada dalam dirinya, dia pula yang menginspirasi Vivy agar tetap terus produktif meski sudah tidak bisa bernyanyi lagi.

Vivy berniat membuatnya agar menjadi inspirasi bagi para robot AI yang lain, memaksimalkan tugas yang telah diberikan kepada penciptanya. Meski ada musik lain berjenis sama, Hikari Kodama – Sing My Pleasure, lagu ini memiliki dampak lebih besar dibanding itu.

Sayangnya lagu ini disalah gunakan oleh pengelola server robot AI, Archive. Dengan musik ini, Archive terinspirasi untuk melakukan genosida massal atas penciptanya sendiri, manusia, dengan melakukan kontrol penuh terhadap seluruh robot AI di seluruh dunia.

Padahal Vivy membuatnya hanya untuk menjalankan misinya sebagai penyanyi, meski sudah tak bisa bernyanyi kembali seperti dulu. Ini disebabkan virus yang terlanjur ditanam oleh Kakitani Yugo saat Vivy diinterogasi olehnya.

Archive sendiri merupakan super komputer yang dibuat pada 2045, ditugaskan untuk merawat sekaligus memantau seluruh pergerakan robot AI di seluruh dunia melalui Arayashiki dengan kendali jarak jauh.

Arayashiki sendiri merupakan tower pemancar yang dibuat oleh OCG pada 2040, ketika robot AI pertama kali dibuat dalam bentuk analog. Tugasnya adalah mengurus server para robot AI agar tetap dapat bekerja sebagaimana mestinya, karena setiap robot AI mendapatkan satu misi yang dikerjakan secara kontinu.

Archive merupakan salah satu contoh bahwa lagu dapat dijadikan sumber inspirasi. Melalui lagu, kita bisa mendapatkan ide-ide baru dalam melakukan sesuatu baik secara sengaja maupun tak sengaja. Misalkan kita dalam mengerjakan skripsi dan pikiran sedang buntu, mendengarkan lagu  dapat membantu pikiran kita untuk mengolah kata-kata yang akan diketik selanjutnya.

Selain itu, lagu dapat dijadikan sumber inspirasi karena musiknya sesuai keinginan kita dan musik tersebut akan diaransemen ulang sesuai keinginan hati [viii]. Kalau kalian sering mendengar lagu-lagu DJ atau lagu-lagu cover, itu merupakan aplikasi dari lagu sebagai sumber inspirasi.

Seringkali lirik-lirik dalam suatu musik tertentu dapat dijadikan sumber inspirasi pula, mengingat lirik biasanya dibuat berdasarkan emosi dari penciptanya. Tentu saja karena emosi tak akan lekang dimakan zaman, yang membuat inspirasi akan selalu ada untuk selamanya dan mungkin emosi akan tetap ada di surga nanti.

E. Konklusi

Sangat banyak lagu yang sering kita putar, terlepas dari makin banyaknya populasi manusia saat ini. Vivy: Fluorite Eye’s Song merupakan salah satu anime dengan lagu sebagai tawaran utamanya. Meski banyak orang bilang, anime ini merupakan anime aksi berkedok idol. Mereka sepakat, bahwa lagu yang disajikan dalam anime ini semuanya sangat nyaman untuk didengar.

Tentu kenyamanan merupakan bagian dari emosi manusia. Ketika manusia nyaman, maka mereka akan bahagia. Ketika mereka bahagia, bisa saja timbul inspirasi dalam benak pikirannya untuk melakukan sesuatu yang lebih daripada sebelumnya.

Karena itulah lagu secara umum dibuat. Pertama, lagu sebagai pembawa kebahagiaan, yang akan memberikan kebahagiaan bagi siapapun yang mendengarnya. Kedua, lagu sebagai wadah emosional, yang akan memberikan gambaran akan masa lalu seseorang dan tanggapan atas peristiwa yang melanggar kemanusiaan. Terakhir, lagu sebagai sumber inspirasi, memberikan jalinan erat antara jiwa dan raga untuk bisa bersatu padu, membentuk sesuatu yang diharapkan. Semoga dengan mendengarkan lagu, dapat menyehatkan mental kita dan menjadikan kita lebih produktif daripada sebelumnya.

Aamiin


[i] Daryl Harding, WIT Studio Is Reportably 886 Million Yen in Debt, I.G. Port to Step in Managing the Studio, diakses dalam https://www.crunchyroll.com/anime-news/2021/10/08-1/wit-studio-is-reportably-886-million-yen-in-debt-ig-port-to-step-in-managing-the-studio, diakses pada 01 Oktober 2021 Pukul 06.18 WITA.

[ii] Prita Tyara Aulia dkk, “Scoping Review: Efek Musik Sebagai Terapi Tambahan terhadap Pengendalian Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi”, dalam Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains (JIKS), Vol. 3, No. I, 2021, h. 97-98.

[iii] Elly Trisnawati & Ikhlas M Jenie, “Teori Komplementer Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi – A Literatur Review”, dalam Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, Vol. 6, No. III, September 2019, h. 642.

[iv] Siti Fadjriyana Fitroh & Siti Mulifatin Khasanah, “Musik Sebagai Stimulus Pada Kecerdasan Emosi Anak (Studi Kasus TK A Di Kelompok Bermain Kasih Ibu)”, dalam Jurnal PG-Paud Trunojoyo, Vol. 3, No. I, April 2016, h. 46.

[v] Syafii Efendi, My Enemy Is Me, (Yogyakarta: WR, 2016), h. 36

[vi] Yuna L. Ferguson & Kennon Sheldon, “Trying To Be Happier Really Can Work: Two Experimental Studies”, dalam The Journal of Positive Psychology, Vol. 8, No. I, Januari 2013, h. 21-22.

[vii] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 574.

[viii] Karina Supriaman, Inspirasi dalam Musik, Dicari atau Ditunggu?, Diakses dalam https://www.djarumcoklat.com/article/inspirasi-dalam-musik-dicari-atau-ditunggu/2, diakses pada Jum’at 02 September 2021 Pukul 21:05 WITA.


Sumber Tulisan: Miata (Facebook)

Bagikan:

[addtoany]

Tags

Related Post

Leave a Comment

Butuh informasi lebih lanjut atau ingin berdiskusi dengan tim KANAU?