#1 Your Trusted Business Partner

Ada yang Menonjol: Perkembangan Karakter Asuna

Raven Guard

Hai, di sini penulis gabut dengan tulisan un-faedah lainnya. Kali ini, saya ingin menyampaikan sedikit impresi saya tentang film yang baru saja tayang perdana di bioskop Indonesia, yakni spin-off dari serial Sword Art Online. Berbeda dari cerita utama yang mengambil sudut pandang Kirito, SAO: Progressive, Aria in the Starless Night menjadikan Asuna sebagai tokoh utamanya. Oleh sebab itu, sudut pandang yang diambil juga dari sisi Asuna.

Baiklah, tanpa basa-basi saya akan sampaikan tiga hal untuk film ini, yakni sebagai berikut:

1. POV ASUNA: MENJAWAB PLOT HOLE

Menilai dari cerita utamanya yang selalu berfokus pada sosok Kirito, menyebabkan sang heroine—Asuna tidak mendapatkan jatah yang cukup. Sekalipun Asuna ditampilkan, kebanyakan selalu ada Kirito bersamanya; tidak menceritakan kisah Asuna tersendiri. Beberapa hal yang—mungkin bisa disebut plot hole di cerita utama—dimasukkan ke dalam film ialah momen sebelum Asuna terjebak di SAO, momen Asuna bisa bertahan saat terjebak di SAO sebelum bertemu Kirito, dan pedang rapier milik Asuna. Beberapa momen tersebut akan menjawab pertanyaan: mengapa Asuna mengerti istilah “switch” padahal dia seorang solo player dan bukan beta tester?

2. LEBIH MENDRAMATISIR

Jujur saja, ketika menonton serial utamanya—terlalu banyak hal yang dirasa terkena skip atau barangkali alurnya dirasa terlalu cepat, bukan? Nah, di filmnya ini, memang ada bagian cerita utama yang kena skip—ya iyalah kan fokusnya ke Asuna. Namun, jalannya cerita tidak terburu-buru sehingga nyaman untuk dinikmati. Selain itu, beberapa adegan pertarungan pun digambarkan lebih detail dari cerita utamanya, seperti saat melawan bos lantai pertama. Unsur persahabatan juga dimasukkan pada film ini. Mungkin sudah diperlihatkan di video PV-nya tentang sosok teman sekelas Asuna yang sering bermain gim bersama di atap sekolah. Dengan adanya sosok Misumi/Mito ini, menambah kesan dramatis juga sebagai faktor penting untuk pengembangan karakter Asuna.

Ya, benar, sebelum Asuna memutuskan untuk mengekor ke Kirito (setelah melawan bos lantai pertama), ada satu-dua perkara yang menyebabkan Asuna pada akhirnya meneguhkan tekad untuk menyelesaikan gim SAO di garis depan bersama Kirito.

3. VISUAL LEBIH BAIK

Saat saya menonton film SAO: Ordinal Scale—maaf saja, mata saya sedikit sakit karena gaya pewarnaan dan pencahayaannya yang saya kira terlalu cerah. Untungnya, hal tersebut tidak terjadi di SAO: Progressive. Warnanya sangat enak di mata dan beberapa efek blushing; unyu-unyu wajah Asuna benar-benar membuat saya nyaman saat menonton.

4. OST TIDAK NENDANG

Saya kecewa betul dengan yang satu ini, sungguh. Sangat jauh dari lagu-lagu tema serial SAO yang saya sukai. Hambar. Yah, B saja. Tidak meninggalkan kesan “wow” di telinga. Sangat disesalkan untuk lagu temanya.

5. FAN SERVICE ASUNA TIDAK BEGITU VULGAR

Saya tahu bagi yang sudah menonton film SAO: Ordinal Scale, pasti banyak dari kalian yang berusaha mati-matian untuk bisa mendapatkan put—pemandangan Asuna sewaktu mandi. Sayangnya, fan service di film ini tidak sevulgar itu. Namun, tenang saja, adegan Asuna mandi masih ada kok. Hehehe …. Oh, iya, tadi saya sempat berbicara soal Asuna yang blushing? Fan service-nya ada di bagian-bagian yang tidak kalian bayangkan: lebih ke ekspresi yang super duper kyuuuuutttt.

RATE 7.8/10.

Baiklah, itu saja yang bisa saya sampaikan untuk impresi saya terhadap film SAO: Progressive, Aria in the Starless Night. Bagus, sih, tapi tidak semenajubkan dan tidak semenegangkan film sebelumnya.

Sekian dan terima kasih.

Bagikan:

[addtoany]

Related Post

Leave a Comment

Butuh informasi lebih lanjut atau ingin berdiskusi dengan tim KANAU?