#1 Your Trusted Business Partner

[Ngopini] Anime Slice of Life Paling Gaje

Raven Guard

Hai, kembali lagi dengan tulisan nirfaedah dari manusia paling gabut. Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan keluh kesah—kekecewaan dari lubuk hati yang paling dalam terkait ketidakjelasan anime berjudul Shin no Nakama Janai yang tayang pada musim gugur tahun lalu (Iya, sekarang sudah ganti tahun).

Sedikit gambaran mengenai anime ini; menceritakan salah satu anggota pahlawan bernama Gideon yang diusir dari party dan menjalani hidup tenang sebagai pemilik toko obat di wilayah Zoltan. Poin-poin yang membuat saya merasa kesal di sini tidak banyak sebenarnya, tetapi cukup untuk membuat saya menyematkan GAJE pada anime satu ini. Berikut tiga hal yang membuat Shin no Nakama Janai meninggalkan kesan buruk bagi saya:

1.    Gideon Mendadak Plonga-Plongo

Sebagai permulaan—pada awal episode satu, penonton diperlihatkan adegan Ares (sage) yang berusaha mengusir Gideon dari party pahlawan. Alasan yang digunakan oleh Ares tidak begitu banyak, hanya satu: Gideon dianggap beban. Lebih rincinya, Gideon ini tidak begitu kuat dibandingkan anggota party yang lain dan berkah dia sebagai “pemandu” menurut Ares tidak lagi dibutuhkan.

Memperhatikan respon Gideon, dia cuma PLONGA-PLONGO seperti orang yang tidak dapat berpikir kritis. Meski berat hati—tetap saja, dia menerima begitu saja diusir dari party pahlawan oleh Ares yang mengatasnamakan party pahlawan. Pada mulanya, saya terima-terima saja Gideon keluar. Namun, setelah beberapa episode berlalu, barulah diketahui bahwa Gideon ini justru anggota yang paling pintar dalam mengambil keputusan, terlebih saat bertarung.

Untuk orang semacam itu; tidak melakukan banding dengan anggota party saat diusir Ares—terlebih dengan sang adik Ruti—Gideon seolah mengisyaratkan ketidakpeduliannya terhadap party pahlawan dan yang paling mirisnya: Gideon meninggalkan Ruti tanpa berpamitan. Ya, pergi begitu saja. Maksud saya adalah “Di mana sosok Gideon yang pintar, cerdas, dan kritis itu?” Diusir oleh Ares yang tak memiliki bukti valid malah diiyakan oleh Gideon—memasang ekspresi lagaknya orang yang paling tidak berdaya sedunia.

2.    Ruti Melawan Iblis, Gideon Nge-Grepe Rit  

Poin kedua ini adalah yang paling membuat saya jengkel dan merasa jijik dibuatnya, yaitu sikap Gideon yang benar-benar abai terhadap Ruti. Setelah keluar dari party pahlawan, Gideon memutuskan untuk tinggal di wilayah terpencil, Zoltan. Untuk menunjang kebutuhan hidup, dia tidak melakukan profesi sebagai petualang, melainkan membuka toko obat bersama Rit—cewek bahenol yang menyukai Gideon sejak pertama kali bertemu.

Lagi-lagi, karakter Gideon tidak jelas. Dia ini seharusnya digambarkan sebagai seorang kakak yang menyayangi adiknya, berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi adiknya, atau setidaknya berusaha untuk selalu berada di sisi sang adik. Namun, sejak tinggal di Zoltan, Gideon sama sekali tidak memberi kabar ke sang adik, Ruti. Ya, hilang, lenyap, dari party pahlawan. Bahkan, dia sampai mengubah namanya menjadi Red. Tindakan ini sudah sangat jelas bertentangan dengan karakter Gideon yang seharusnya.

Di saat Ruti sibuk melakukan penaklukan melawan iblis-iblis di garis depan, Gideon malah enak-enakan hidup santai bersama cewek bahenol. Sungguh menjijikkan. Banyak sekali penonton merasa hubungan Gideon-Rit ini wholesome, tapi syukurlah saya tidak berpikir demikian. Huek, huek, huek—seorang kakak yang tega meninggalkan sang adik tanpa kabar dan asyik grepe-grepe cewek bahenol di pedesaan: sama sekali bukan hubungan yang wholesome.

3. Klimaks yang Membagongkan

Seolah masih tidak cukup untuk menghancurkan anime ini dengan meninggalkan kesan buruk kepada saya sebagai penonton melalui karakterisasi Gideon, klimaks dari keseluruhan cerita pun begitu jelek eksekusinya. Anime SoL yang seharusnya bersantai ria, tetapi mendadak dibumbui konflik berat—tapi bagian pentingnya; alasan konflik itu ada justru terkena skip. Apa coba maksudnya? Sebenarnya, apa yang ditawarkan anime ini kepada penonton?

Mulai dari iblis Ashura yang ternyata masih hidup, Ashura yang mengetahui sejarah Elf serta pahlawan pertama; Theodora yang memaksakan takdir pahlawan kepada Rit, entah atas perintah siapa dia bisa bersikap demikian; ditutup oleh Ruti yang ingin menjadi manusia biasa, menjadi perempuan normal dan seorang adik yang ingin dimanja oleh sang kakak. Sungguh—jika diungkapkan menurut bahasa meme yang sempat populer—anime Shin no Nakama Janai ini super duper sangat sekali tidak jelas.

Di akhir, Ares sebagai biang keladi dari permasalahan utama dalam anime ini mati. Ruti yang berusaha menjadi gadis normal pun terwujud. Theodora dkk. statusnya tetap sebagai anggota party pahlawan–padahal pahlawannya sudah tidak ada–dan akhir cerita dibuat seolah ada cliffhanger alias menggantung dengan memperlihatkan salah satu rekan party pahlawan yang seorang cewek elf bahenol.

Sebagai penutup keluh kesah penuh kekecewaan ini, intinya, kesimpulannya, anime Shin no Nakama Janai adalah anime SoL paling GAJE yang pernah saya tonton. Saya menghargai orang-orang yang mendukung kapal Gideon-Rit, silakan.

Bagi kalian anime ini bagus? Sayangnya, tidak bagi saya.

Bagikan:

[addtoany]

Related Post

Leave a Comment

Butuh informasi lebih lanjut atau ingin berdiskusi dengan tim KANAU?