Re-Main: Simbologi Subtil Dalam Opening dan Ending

Table of content:
Salah satu anime yang menurut penulis macam berlian dalam lumpur di musim ini adalah anime Re-Main. Kalau melihat dari sinopsis, komposisi cerita, penokohan, dan premisnya; tentu saja tidak ada yang istimewa dari anime ini. Hanya anime olahraga remaja biasa. Namun, ada satu hal yang membuat penulis tertarik untuk menyimak anime ini dengan antusias, yakni cara penyampaian narasi yang bisa menutupi fokus inti permasalahan yang cenderung kelam.
Mari kita simpan dulu pembahasan mengenai hal tersebut, di kesempatan yang lain (mungkin setelah tamat nanti). Pada saat ini, penulis lebih tertarik terhadap bagaimana studio MAPPA bisa-bisanya menyisipkan sebuah simbol tersembunyi yang hanya akan tampak jika diperhatikan baik-baik, setelah menonton sebuah titik balik besar–kalau tidak bisa disebut plot twist— di episode 6, yang bahkan sebenarnya sudah tersembunyi sejak penayangan perdana anime ini. Tentu saja seperti kebanyakan serial lainnya, simbologi tersebut berada di visual opening dan ending-nya.
1. Perubahan Ekspresi Chino & Minato di Visual Opening dan Ending
Sementara MInato tersenyum pasrah dalam visual ending sebelum episode 6, dan tersenyum gagah setelah episode 6.
A. Perubahaan Ekspresi Chinu di Visual Opening
Ekspresi Chinu di visual opening sebelum episode 6, tampak tersenyum lembut, saat melihat Minato menyalipnya dengan sepeda. Sementara di episode 6, ekspresi Chinu menjadi datar, dan senyumnya lenyap.
Simbolisasi dari perubahan ini adalah karena Chinu sesungguhnya benci sosok Minato yang dulu: kasar, egois, dan keras hati. Sementara selama setahun, saat Minato hilang ingatan dan menjadi “Minato yang baru”, sifat kasar dan egoisnya menghilang. Seperti menjadi orang yang benar-benar berbeda. Walaupun, Chinu mengaku bahwa ia memaksa Minato untuk tetap bermain Polo Air, bahkan setelah kehilangan ingatan selama tiga tahun menjadi juara nasional, hanya untuk membalaskan dendam kakaknya. Penulis yakin bahwa sebenarnya Chinu bersyukur karena sosok “Minato yang dulu” yang kasar dan keras itu sudah hilang. Namun, ketika “Minato yang dulu” tiba-tiba kembali, Chinu kembali membenci sosok MInato “yang dulu” itu karena dua alasan: (1) dia memang sejak awal membenci “Minato yang dulu”, dan (2) “Minato yang dulu” ini sudah merenggut sosok “Minato yang baru” yang dia sukai dan dia syukuri.
B. Perubahan Ekspresi Minato di Visual Ending
Agak sulit jika tidak teliti, tetapi jika diperhatikan dengan baik-baik, Minato yang tersenyum di tepi pantai pada episode 5 berbeda dengan Minato yang tersenyum di tepi pantai di episode 6. Minato yang berada di visual ending episode 5 adalah “Minato yang baru”, yang ceria, ramah, dan lembut. Sementara Minato yang berada di visual episode 6 adalah “Minato yang lama”, yang keras, kasar, dan memiliki harga diri yang tinggi.
Penggambaran senyum “Minato yang baru”dengan alis yang terbujur santai, menunjukkan sikapnya yang terbuka dan berlapang dada atas sesuatu. Atas apa? Kemungkinan besar atas ingatannya 3 tahun kebelakang yang sudah hilang. Bisa jadi juga merupakan senyuman “legowo” atas kemungkinan bahwa dirinya yang baru ini akan menghilang saat dirinya yang lama kembali.
Sementara itu, “Minato yang lama” menunjukkan senyuman dengan alis tersungging. Senyum semacam ini menyimbolkan ketegasan keputusan, tetapi bisa juga menyatakan penerimaan dan pengakuan. Apa yang diterima oleh “Minato yang baru” ini? Kalau dari visualnya belaka, mungkin “Minato yang lama” ini sudah menerima dan mengakui kawan-kawan milik “Minato yang baru”, tapi sebenarnya “Minato yang lama” ini menerima keadaannya yang secara tidak langsung merenggut kehidupan “Minato yang baru” seluruhnya. Baik fisik, teman, keluarga, maupun eksistensi.
Walaupun, “Minato yang lama” bisa disebut sebagai Minato yang asli, tetapi jeda setahun yang dihabiskan “Minato yang baru” di dalam tubuh yang baru sembuh dari rehabilitasi, setelah koma selama 8 bulan membuat “Minato yang lama” merasa seperti sebuah arwah yang hidup menumpang di tubuh dan kehidupan orang lain. Dan ini sangat menyakitkan, terutama ketika harus menyerahkan gelar juaranya. Karena itu senyumannya di visual ending episode 6 menunjukkan penerimaan. Penerimaan akan tubuh dan hidup barunya yang diberikan oleh “Minato yang baru” sebelum “minato yang baru” itu menghilang.
Seperti kata pepatah:
Senyum yang tersungging merangkum buku yang terpajang.
2. Animasi Dua Detik Minato Mengoper Bola
Ini benar-benar tidak bisa penulis duga, biasanya saya selalu menganalisis setiap visual opening dengan teliti, tetapi kali ini studioMAPPA benar-benar membuat saya kecolongan. Mengambil screenshot adegan tersebut juga tidak mudah, karena jeda waktu antar frame yang singkat. Namun, akan penulis beritahu: Ekspresi Minato saat hendak menerima operan bola, saat menangkap bola, dan saat mengoper bola berbeda.
Saat hendak menerima operan, Minato menunjukkan ekspresi serius. Saat bola di tangannya, ekspresi mulutnya bergeser menjadi lebih lunak, dan saat mengoper bola ekspresinya menjadi kembali seirus. Ekspresi mulut yang melunak saat di hadapan bola itu adalah MINATO YANG BARU.
Jika, telaah simbologi penulis benar, maka urutannya adalah MINATO LAMA – BARU – LAMA. Salah satu teman penulis pernah mempertanyakan: Apa yang akan terjadi jika seluruh ingatan Minato kembali? Akankah ia menjadi seperti “Minato yang baru” yang ceria dan lembut, atau tetap seperti “Minato yang lama” yang keras dan kasar? Kalau melihat dari petunjuk yang sangat subtil dari visual opening ini, penulis merasa jawabannya adalah Minato yang sudah sembuh total ingatannya akan tetap menjadi MInato yang kasar. Namun, melihat bagaimana narasi cerita ini berkembang, setidaknya sifatnya akan sedikit melunak. Walaupun, tidak akan selunak dan periang seperti “Minato yang baru”.
3. Berlari dan Berteriak di Tengah Deras Hujan
Walaupun terlihat seperti klise anime olahraga remaja pada umumnya. Akan tetapi, jika menilik dari alur cerita yang sudah berjalan, kita dapat menyimpulkan bahwa adegan ini menyimbolkan setidaknya dua hal:
- Bagi Minato yang baru ini menyimbolkan keputusasaan akan dirinya yang tidak dapat melampaui dirinya yang lama, sembari memikirkan kemungkinan bahwa eksistensinya akan menghilang.
- Bagi minato yang lama, ini menyimbolkan keputusasaan akan hilangnya harapan dan tekanan batin akibat perasaan “hidup dalam tubuh dan dunia asing” secara tiba-tiba.
Sekian dari telaah simbologi kali ini. Semoga Robert Langdon selalu menginspirasi.